* Pidato Pakai Beskap Jawa, Tes Talent Tampilkan Wushu
Memasuki gerbang luar SMA Ar Risalah, Kota Kediri terlihat spanduk melintang bertuliskan ucapan selamat. Di spanduk tersebut terpampang pula foto Moh. Abdul Fattah Zulkarnaen. Dia adalah siswa yang mewakili sekolah di area Pondok Pesantren Lirboyo ke ajang 5" Chinese Bridge akhir November 2012 lain.
Keikutsertaan Fattah membawa tim Indonesia meraih prestasi membanggakan. Yaitu menjadi peringkat ketiga kategori negara di lomba tingkat intemasional tersebut. Dia juga berhasil merebut juara harapan pertama di kategori individu. Spanduk tersebut merupakan wujud kebanggaan sekolah. Sebab tak hanya mengharumkan bangsa di kancah internasional. Fatah membawa nama sekolahnya. Dia sangat terharu melihat dukungan sekolah yang telah menjadi rumah kedua selama beberapa tahun terakhir.
"Alhamdulilah, saya bisa membuat sekolah bangga dan memberi kembali kepada sekolah yang telah memberi banyak ilmu pada saya," ujamya.
Chinese Bridge merupakan lomba tahunan yang diprakarsai pemerintah RRC melalui The Office of Chinese Language Council International-Hanban. Di Indonesia, lomba ini diselenggarakan oleh Bagian Kebudayaan Kedutaan Besar RRC untuk Indonesia di Jakarta.
Setelah menjadi juara tingkat nasional, pada 16-25 November 2012 Fatah bersama Yunica Lim dari SMA Gembala Pontianak terbang ke Beijing (transit sebelum ke Yunan). Kedua pelajar ini didamping dua pengamat lomba dan satu guru pembimbing.
Mereka mewakili Indonesia di Chines Bridge tingkat intemasional di Yunan yang diikuti 61 negara di dunia. "Pengalaman yang luar biasa, pertama kali ke Beijing dan bertemu dengan pelajar dari berbagai negara di dunia," tuturnya.
Di lomba tersebut, tentu saja kepiawaian berbahasa Mandarin atau bahasa nasional Cina jadi kunci utama. Namun bagi Fatah, hal tersebut tak susah. Pasalnya, sekolah menjadikannya salah satu mata pelajaran wajib. Selain itu, remaja kelahiran 5 Juni 1994 ini juga sangat menyukai wushu, salah satu bela diri dari Negeri Tirai Bambu tersebut. Di tingkat internasional, ujian yang diberikan lebih berat lagi. Sebagai tim mereka harus tampil kompak, mulai dari memperkenalkan diri sebagai tim negara juga rnengikuti ujian berkelompok lainnya.
"Bangga sekali saat perkenalan dalam rangka pembukaan, kami tampil di stasiun televisi ternama," jelas Fatah yang saat pembukaan menggunakan busana beskap Jawa, sedangkan rekan setimnya mengenakan pakaian adat Pontianak.
Tes tulisnya versi elektronik yang cukup canggih. Meliputi pengetahuan tentang sastra, budaya, politik, ekonomi serta sejarah RRC. Selain itu, juga ada tes pidato dan tes talent. Untuk talent, Fatah menampilkan kemampuan wushu yang telah dipelajari beberapa bulan sebelumnya.
"Selama lomba, saya dan Yunica tampil sebaik mungkin tapi tak memaksakan diri, karena kami sadar peserta lain juga hebat-hebat,” ujar pelajar asal Tegal ini.
Keberhasilan meraih prestasi tersebut menjadi penutup yang manis perjalanan Fatah di Cina. Ya, karena sebelum lomba, semua peserta telah diajak berkeliling mengenal budaya dan masyarakat di negara tersebut Fatah pun sempat menginjakkan kaki dan menelusuri Great Wall yang sangat terkenal.
Dia juga mengunjungi kota bersejarah Gugong, yang sering menjadi lokasi syuting film perang dan sejarah. Di Yunan, Fatah dan rombongan mengunjungi sekolah-sekolah terbaik di sana.
Fatah sangat kagum dengan budaya di Cina yang telah dilihatnya sendiri. Dia ingin suatu saat mengulang kembali perjalanan tersebut Gayung bersambut, keberhasilannya meraih prestasi ini mendapat apresiasi. Fatah mendapat beasiswa belajar ke Cina pertengahan tahun ini.
"Kampusnya belum dipastikan, namun saya gembira karena angan-angan untuk kembali ke sana bisa terwujud dalam waktu dekat," pungkasnya.
Kediri, Radar