Nurul Lailiyah, Koordinator Tim Indonesia dalam Jambore Pramuka SMK di Thailand

prestasi |

"Kami bangga bisa mewakili Pramuka Indonesia di Intenasional Vocational Jamboree," ucap perempuan berkerudung merah di ruang meeting SMK Al Huda Kediri, pekan lalu (3/4). Dia adalah Siti Nurul Lailiyah, koordinator pembimbing Pramuka tingkat SMK dari Indonesia dalam jambore internasional di Thailand, 22-29 Maret lalu.

Ditemui wartawan koran ini, senyum cerah terus tersungging dari bibirnya. Dia lantas mengeluarkan laptop dari tas ranselnya dan menyatakannya. Isinya ternyata materi-materi kepramukaan yang diperoleh dari Thailand. Semua sudah tersimpan rapi dalam satu folder.

Layaknya presentasi, guru yang tinggal di Kelurahan Dermo, Kecamatan Mojoroto itu lantas menceritakan perjalanannya mengikuti jambore internasional tersebut sambil menunjukkan data dan foto dalam laptopnya. "Kami harus mengikuti seleksi dulu secara national," ujar perempuan 41 tahun ini.

Seleksi diikuti oleh 28 guru dan 67 siswa dari 65 SMK se-Indonesia. Salah satu tesnya adalah bahasa Inggris. Mereka wajib menguasainya karena International Voca­tional Jamboree diikuti oleh peserta dari berbagai negara. Tempatnya di Wachirawut Scout Camp, Provinsi Chonburi, Thialand. "Tesnya langsung lewat teleconference" terang Laili, panggilan akrabnya.

Sebenarnya, tes yang digelar 13 Maret itu berlangsung singkat, yaitu 15 menit. Siswa hanya ditanya nama, pengalaman, serta prestasi yang telah diraih. Adapun guru yang mendampingi diminta mempresentasikan tentang kegiatan kebudayaan yang akan ditampilkan dalam Jambore nanti.

Tapi, semua harus disampaikan dalam bahasa Inggris plus memahami falsafah dari kebudayaan yang akan ditampilkan. "Kami dari SMK Al Huda sepakat membawakan tari jaranan," terang guru bahasa inggris ini. Untuk siswanya, SMK Al Huda memberangkatkan Didik Prasetyo, siswa kelas dua jurusan otomotif.

Tak dinyana, dalam pengumuman yang dilakukan dua hari kemudian, 15 Maret, Laili dan Didik dinyatakan lolos sebagai peserta. Dari Kediri, ada pula Moh, Raniadun, siswa SMKN 1. Mereka terpilih mewakili Jawa Timur. Total, ada 16 siswa dan 6 guru yang terpilih untuk berangkat ke Negeri Gajah Putih tersebut.

Mereka dibagi dalam dua kelompok putra dan putri. Masing-masing beranggotakan delapan siswa plus tiga guru pembimbing laki-laki dan delapan siswi plus tiga guru pembimbing perempuan. "Ada yang dari Jogja, Magelang, Bandung, Jakarta, Cibinong, dan Bali," terangnya.

Laili kemudian terpilih sebagai koordinator regu Indonesia. Sedangkan, Ramadan sebagai ketua regu putra. Delegasi In­donesia itu lantas berangkat ke Thailand 20 Maret lalu setelah sebelumnya berkumpul di Ja­karta.

Setibanya di lokasi jambore, ada pengalaman yang tak bisa mereka lupakan. Laili dan delegasi Indonesia tidak menemukan satu pun bendera Indonesia yang berkibar. Padahal, bende­ra negara peserta lain ada. "Yang ada bendera putih merah. Itu bendera Polandia," kisah Laili.

Sebagai koordinator, Laili lan­tas bertanya kepada panitia, di mana bendera Indonesia. Ternyata, oleh panitia langsung ditunjukkan bendera putih merah yang sudah dilihat Laili dkk sebelumnya. "Kami langsung protes," kata Laili. Didik yang datang belakangan menemui wartawan koran ini kompak mengamini.

Tak hanya itu. Delegasi Indo­nesia juga menjadi satu-satunya delegasi yang bersikukuh tidak mau bertukar hasduk dengan delegasi dari negara lain. Sebab, dalam Pramuka, hasduk men­jadi simbol yang keramat.

Tapi, justru karena itu, hasduk delegasi Indonesia banyak diincar oleh peserta dari negara lain. Namun, sejauh itu pula, mereka tetap mempertahankannya. "Saya juga dipaksa peserta da­ri negara lain untuk bertukar hasduk, tapi tidak boleh," timpal Didik. Akhirnya, untuk menyiasati agar hasduk merah-putih itu tetap terikat di leher, Didik dkk menukarnya dengan barang-barang lain seperti kaus dan pin dari Indonesia. "Untungnya mereka mau," sambung remaja 19 tahun putra Suarno dan Murtini ini.

Sementara, Kepala SMK Al Huda Rahadian Fatawi, 39, ikut berbangga atas keterpilihan guru dan siswanya di ajang jambore tersebut. Hal itu bisa menjadi pembelajaran bagi mereka. Baik dalam pengenalan budaya maupun teknologi karena peserta jambore ini adalah siswa sekolah kejuruan dari berbagai negara.

Kediri, Radar