Suasana permukiman di Kelurahan Ketami, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri memang khas. Hampir di semua pekarangan belakang rumah warga terdapat kolam ikan. Ikan yang dibudidayakan pun seragam, yaitu ikan cupang.
"Kebanyakan warga di sini memang mbibit (usaha pembibitan) ikan cupang," ujar Sudarmanto salah satu peternak yang punya sekitar 18 kolam. Tidak hanya berusaha secara individual, warga membudidayakan ikan itu secara bergotong royong. Sehingga mereka bisa maju dan mengembangkan usaha bersama.
Berkat kegotongroyongan yang mampu meningkatkan perekonomian warga itulah, Kelurahan Ketami dinobatkan menjacli juara II lomba Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) ke-X 2013 yang digelar Pemprov jawa Timur.
Meski kini usaha pembibitan ikan cupang berkembang dan bisa menjadi mata pencaharian warga. Ternyata di awal rintisannya tidak mudah. Dibutuhkan kerja keras dan kebersamaan warga. Bahkan para petemak sempat mengalami kegagalan. "Walau kini 70 persen adalah peternak cupang, namun perjalanan itu tidak mulus," ucap pria 38 tahun yang akrab disapa Manto ini.
Semua peternak mengembangkan ikan hias. Tetapi, hasilnya tidak maksimal. Pada 2001 sempat beralih berternak ikan lohan. Namun, kendala utamanya terlalu lama menunggu perkembangan ikan lohan sehingga banyak menghabiskan dana untuk pemeliharaan. "Saat itu peternak ikan banyak bangkrut," ujar bapak dua anak yang diwawancara tim juri Pemprov Jatim tersebut. Beberapa tahun kebingungan mencari alternatif berternak ikan, akhirnya petemak melihara cupang. Usaha ini pun berkembang. Pada 2007 petemak mengimpor ikan cupang jenis Giant dari Thailand. "Warga sini lantas melakukan pembibitan hingga sekarang. Cara itu lebih manjur dari pembesaran," ungkap Manto.
Berkat kebersamaan dalam usaha dan bersaing dengan sehat, perekonomian warga pun meningkat. Ini terlihat dari penghasilan mereka yang bertambah. "Penjualan sebulan bisa mencapai Rp 8 juta," urai Manto yang juga sekretaris kelompok tani Maju Mandiri Makmur ini.
Warga senang memelihara ikan ini lantaran hasilnya besar. Pemeliharaannya ringan dan mudah. "Pakannya cacing merah, tempatnya hanya butuh kaleng,” katanya. Hanya saja petemak harus memahami saat pemisahan antara induk dan anak. Sebab cupang termasuk jenis kanibal. Hingga saat ini, tidak hanya orang tua, anak-anak mudapun memelihara cupang. Oleh sebab itulah, pengangguran di Kelurahan Ketami berkurang. "Juri sempat tanya berapa orang yang ikut memelihara cupang. Saya jawab hampir setiap rumah memiliki kolam cupang," ungkap Manto yang berharap budidaya cupang ini bisa tembus pasar internasional. "Semoga kita bisa eksport,” ujarnya.
Siahaan, 34, ketua RT 06/RW 05 Kelurahan Ketami pun mengakui kelebihan warganya yang punya toleransi tinggi dan suka gotong royong. Kekhasan itulah yang menunjang penilaian juri saat lomba gotong royong.
Ketami memang kerap menjadi juara dalam perlombaan cupang lokal maupun nasional. Namun di lomba gotong royong ini, menurut Siahaan, berbeda. "Karena penilaiannya bukan keindahan ikan cupang. Melainkan ikan cupang yang mampu menjadi penunjang perekonomian bagi warga Ketami," paparnya.
Kediri, Radar