Amir, Penggagas Resapan Biopori Dua Lubang untuk Antisipasi Banjir

prestasi |

* Awalnya Dianggap Iseng, Belakangan Banyak yang Minta

Banjir yang masih kerap terjadi di Kota Kediri tak hanya bisa diatasi dengan normalisasi saluran air. Amir, warga Lingkungan Jetis, Kelurahan Ngletih, Pesantren menciptakan resapan biopori dua lubang. Tak hanya menyerap air, biopori dari sampah organik mampu dijadikan pupuk bagi tanaman hijau.

Enam paralon dengan diameter sekitar 100 milimeter dipajang rapi disalah satu stan pameran teknologi tepat guna yang berlangsung di balai kota, Jumat (14/6) lalu. Sepintas, paralon yang berlubang bulat dan terlihat disayat itu tak lebih dari saluran air biasa. Tetapi, begitu membaca bunyi spanduk yang ada di belakang tentang teknologi untuk mengatasi banjir, ratusan mata yang mengelilingi stan yang tak lain milik Amir itu langsung tertarik untuk bertanya-tanya lebih jauh. Apalagi, di meja juga terpampang miniatur kota hijau yang asri.

Setiap kali ada pengunjung yang mendatangi stannya, pria asal Lingkungan Jetis, Kelurahan Ngletih, Pesantren, yang siang itu bersama Ketua RW III Lingkungan Jetis Warsono langsung memberikan penjelasan. Mulai cara kerja resapan biopori buatannya, manfaatnya, hingga biaya yang dikeluarkan untuk pembuatannya.

Saking banyaknya tamu yang mengunjungi stannya, Amir tak langsung memberikan penjelasan. Melainkan, memberikan fotokopi seputar resapan biopori buatannya. "Ini berbeda dengan biopori yang sudah ada," bebernya.

Biopori yang sekarang sudah ada menurut karyawan IT GG itu hanya terdiri dari satu lubang. Yaitu, lubang resapan sekaligus lubang berisi sampah organik yang akan diproses untuk biopori. Tetapi, resapan biopori buatan Amir terdiri dari dua lubang paralon.

Apa keutamaan teknologi buatannya itu? Karyawan bagian teknik bubut ini lantas memaparkan satu per satu perbedaannya, Dua paralon yang dimasukkan ke dalam lubang memiliki fungsi masing-masing. Paralon berdiameter tiga dim atau sekitar 80 milimeter di bagian dalam berfungsi untuk menempatkan sampah organik. Adapun paralon empat dim atau sekitar 100 milimeter berfungsi untuk resapan.

Dengan dua paralon tersebut, sampah organik sudah berubah menjadi biopori dalarn waktu enam bulan penanaman akan lebih mudah diangkat. Apabila diujungnya sudah diberi pengait. "Kalau hanya satu lubang, pengambilan sampah memakai bor. Satu mata bor harganya sampai Rp 400 ribu," bebernya.

Padahal, resapan biopori buatannya hanya membutuhkan biaya sekitar Rp 150ribu. Setelah paralon diangkat dan biopori dikeluarkan, pria kelahiran 21 Mei 1967 ini bisa mengisi dengan sampah organik baru dan dipadatkan sebelum dimasukkan ke paralon lubang resapan.

Selain memproses biopori, lubang resapan sepanjang sekitar satu meter buatannya itu bisa menghilangkan genangan di depan rumahnya. "Sebelum saya buat resapan biopori, halaman rumah saya selalu tergenang dan banjir kalau hujan. Apalagi, halaman rumah saya diplester," imbuhnya. Secara bertahap, Amir membuat empat lubang resapan biopori. Hasilnya, kini rumahnya bebas banjir.

Namun, seperti kebanyakan temuan baru, sebelumnya upaya Amir tak lepas dari cercaan. Bahkan, Sri Sulamtiti, istrinya, sempat sangsi. "Ini buat apa to, Pak?" kenang Amir tentang respons sang istri saat pertama kali dia membuat lubang resapan tersebut.

Akan tetapi, setelah melihat hasilnya, sang istri berbalik memberikan dukungan. Beberapa tetangga sekitar rumahnya juga meminta untuk dibuatkan resapan biopori agar terbebas dari genangan. Hanya, sayangnya dengan kesibukannya bekerja di PT. GG, Amir belum bisa melayani semua permintaan. "Memang kalau setiap rumah mau membuat delapan lubang resapan biopori saya yakin Kediri bebas banjir,” tandasnya.

Sebelum menerapkan di rumahnya, Amir mengaku sudah menerapkan di rumah Nursinta, adiknya, yang memiliki usaha salon. Dengan satu lubang biopori, adiknya yang tinggal di Kelurahan Tinalan, Pesantren itu tak perlu membuat saluran air untuk pembuangan. Sebab, air hasil buangan bisa terserap semuanya di satu lubang biopori buatannya.

Dengan pengalaman yang didapat, alumnus SMK PGRI I Kediri ini mengaku senang diajak mengikuti pameran yang digelar pemkot. Dengan begitu, dia bisa menularkan semangat pembuatan resapan biopori tersebut kepada masyarakat lain.

Termasuk, kepada sekolah-sekolah yang sering kebanjiransehingga harus meliburkan siswanya. "Sekolah bisa melibatkan siswa bekerja bakti membuat biopori agar biayanya lebih murah. Kalau pemkot mau membuat banyak resapan, saya yakin Kediri juga bebas banjir dan genangan," katanya optimistis.

Kediri, Radar