Cartika Wisesha, Petenis Cilik Peraih Perunggu 02SN

prestasi |

Ingin Perbaiki Prestasi, rutin latihan meski Puasa meski masih belia, namanya sudah tak asing di dunia tenis Kota Kediri. Puluhan piala dari berbagai kejuaraan tingkat kota dan provinsi berhasil diraihnya. Yang terbaru, siswi SDN Banjaran V ini meraih medali perunggu di ajang O2SN di Balikpapan.

Puluhan piala berjajar rapi di meja sudut ruang tamu rumah nomor 110, blok A, Perum Mojoroto Indah, Kota Kediri. Rumah yang dihuni Cartika Wisesha Dewi Larasati itu, sekitar pukul 13.00 kemarin (11/7) tampak sepi. Selain Tika, demikian gadis cilik itu biasa disapa, hanya ada Wiwik Agustini, ibunya.

"Ini tadi bangun tidur. Dia masih kelelahan setelah pertandingan panjang di Balikpapan," kata Wiwik yang juga menemani putrinya selama turnamen berlangsung.

Ajang olimpiade olahraga siswa nasional (O2SN) pada 30 Juni hingga 6 Juli itu merupakan pertandingan terlama yang pernah diikuti gadis kelahiran 24 Maret 2002 tersebut. Sekaligus pertandingan paling bergengsi yang diikutinya.

Sebab, meski sebelumnya sudah sering mengikuti event kelas nasional, tetapi O2SN resmi digelar oleh pemerintah. "Persiapannya pun berbeda dibanding pertandingan sebelumnya," imbuh perempuan berambut sebahu itu.

Mewakili Jawa Timur melawan 33 peserta dari seluruh provinsi di Indonesia. Tika harus menjalani training di Surabaya selama seminggu. Di sana, gadis berkulit sawo matang ini dilatih fisik dan skill.

Selain latihan langsung dengan pelatih yang disiapkan tim dari Jatim, gadis berambut panjang ini harus latihan fisik mengelilingi lapangan sepak bola sebanyak 10 kali.

Usai ditempa latihan fisik dan skill, barulah Tika bersama Moh Ali Akbar, 11, perwakilan petenis laki-laki, berangkat ke Balikpapan. Di babak pertama, putri Wakapolsekta Kediri AKP Priyono ini menghadapi kontingen dari Papua Barat. Dia rnampu meraih kemenangan dengan mudah. Sebab, kontingen Papua memilih walk out (WO) setelah mengetahui lawannya berasal dari Jatim. "Peserta dari Papua tetap di hotel," sambung Tika sambil tersenyum.

Usai menang mudah dari Papua Barat, Tika harus melawan kontingen dari Kalimantan Barat. Dia pun belum mendapat perlawanan yang berarti dan mampu memetik kemenangan tiga set berturut-turut.

Hal serupa terulang saat rnenghadapi kontingen Sulawesi Tengah. Dengan gerakan gesitnya, bungsu dari tiga bersaudara ini juga mampu meraih poin. Dia unggul di liga set berturut-turut. Prestasi itu mengantarnya menjadi juara pool B dan lolos ke babak perempat final.

Di sinilah, gadis berlesung pipi ini mulai mendapatkan musuh yang sepadan. Berhadapan dengan kontingen DKI Jakarta, Tika harus bertanding sekitar dua jam. Padahal, di pertandingan sebelumnya, dia mampu meraih kemenangan dengan satu jam bertanding.

Sempat unggul 8-1 di set pertama, Tika kalah di set kedua dengan poin 6-8. Beruntung, dia mampu kembali unggul di set ketiga dengan poin 9-7, "Tekniknya (kontingen DKI) lebih bagus. Pukulannya kuat. Banyak bola-bola lambung jadi sulit dikejar," beber Tika tentang pertarungannya kala itu.

Saking sengitnya pertandingan, Tika sampai terpeleset dan terjatuh. Naluri anak-anaknya pun muncul. Mendapati luka di lututnya, Tika langsung menangis. Beruntung, Priyono, ayah sekaligus pelatihnya, menenangkan. Sehingga, tak berapa lama Tika bisa melanjutkan lomba. "Sakit soalnya," jawabnya pendek ketika ditanya alasannya menangis saat terjatuh.

Pertandingan lawan kontingen DKI Jakarta ini rupanya sangat menyita tenaga Tika. Apalagi, dia hanya diberi waktu istirahat selama 30 menit sebelum berlomba melawan kontingen Jawa Tengah di babak semi final. "Kalau kontingen Jateng istirahatnya lama, soalnya bertanding pagi. Sedangkan Tika bertanding malam," beber Wiwik.

Di tengah kelelahan dan suasana lampu yang kurang maksimal, Tika mendapat lawan yang lebib tangguh. Unggul di set pertama dengan 8-2, Tika kalah di dua set lainnya dengan poin 4-8 dan 6-8. "Permainannya memang bagus. Pukulannya komplek dan konsisten," terang Tika malu sambil menutup mukanya dengan bantal.

Dengan kekalahannya itu, Tika batal melaju ke final dan mendapat medali perunggu. Walaupun belum meraih medali emas, Tika tak menyesal. Dia justru menjadikannya sebagai pelecut semangat.

Makanya meski sedang berpuasa, ritme latihannya tak dikurangi. Selama lima hari dalam seminggu tetap berlatih. Hanya jamnya saja yang digeser. Jika biasanya dimulai pukul 14.30, sekarang diganti mulai 16.00 hingga 18.00. Pagi hari, Tika masih harus latihan fisik dengan berlari mengelilingi taman perumahan.

"Capek sih, tapi suka," kenang gadis yang bercita-cita menjadi taruna akademi kepolisian (Akpol) ini.

Kediri, Radar