Tutor Matematika yang Bersepeda Pancal ke Sekolah
"Menembus peringkat II Jatim sama sekali tidak disangka oleh Supriyo Utomo. Total nilai ujian nasional (NUN)-nya nyaris sempurna untuk semua mata pelajaran. Ada yang unik pada diri siswa SMPN 1 Kediri ini”
Supriyo Utomo tak bisa menyembunyikan kegembiraanya pagi itu. Ditemui di sekolahnya, SMPN 1 Kediri, Sabtu (14/6) lalu, senyum terus berkembang dari bibirnya. "Rasanya masih seperti bermimpi," ujar pelajar berwajah lugu ini. Priyo-panggilan akrabnya memang pantas berbangga. Sebab, dia adalah peraih nilai ujian nasional (NUN) tertinggi SMP di Kota Kediri. Nilainya nyaris sempurna untuk semua mata pelajaran yang diujikan. Total mencapai 39,20.
Dengan nilai itu, hanya dua mata pelajaran yang tidak bisa 'bulat' sempurna yaitu, bahasa lnggris yang meraih 9,80 dan bahasa Indonesia 9,40. Adapun matematika dan ilmu pengetahuan alam (IPA) benar-benar bulat sempurna. Masing-masing mendapatkan nilai 10 alias tidak ada satu pun yang salah. “NUN ini sekaligus menduduki peringkat dua se-Jawa Timur,” ujar Kepala SMPN 1 Kediri Yayuk S. Cahyaningsih ikut bangga.
Melihat rekam jejak Priyo sebelumnya, sebenarnya tidak mengherankan jika dia berhasil menyabet NUN tersebut. Siswa kelas 9 A ini sudah menjadi langganan bintang kelas sejak masuk SMPN 1 Kediri.
Meski demikian, tetap saja Priyo tidak menyangka. Termasuk, saat ponsel sulung tiga bersaudara dari Suwito dan Juariyah ini berdering. Jumat (13/6) sore lalu. Saat itu, sang wali kelas, Fatimah, memintanya untuk datang ke sekolah keesokan harinya. "Deg-degan, ada apa? Soalnya, siswa kan diminta menunggu pengumuman kelulusan di rumah masing-masing. Eh, ini kok malah disuruh ke sekolah," ungkapnya.
Alhasil, semalaman, remaja 16 tahun kelahiran Kediri, 24 April 1998 ini nyaris tak bisa tidur. Dia hanya bisa berdoa dan berharap kabar yang akan diterimanya esok hari adalah kabar baik.
Dan, doanya terkabul. Begitu Sabtu (14/6) pagi dia datang kesekolah, ucapan selamat langsung terhambur dari Fatimah. "Tapi, tetap saja kaget kalau sampai masuk peringkat II Jawa Timur," sambung penggemar bridge asal Dusun Selotopeng, Desa Banyakan, Kecamatan Banyakan ini.
Tentang prestasinya itu, Priyo punya kiat tersendiri. Dia justru menghindari belajar berlama-lama. "Yang penting saat belajar harus konsentrasi dan dilakukan secara rutin," bebernya membagi tip. Makanya, tak ada istilah belajar instan bagi remaja yang ke sekolah selalu bersepeda pancal itu. Sebab, belajar sudah menjadi rutinitasnya.
Hanya, tiga bulan menjelang unas, dia menambah intensitas. Mulai mengikuti bimbingan di sekolah hingga berlatih soal unas 2007 sampai 2013. Termasuk, soal-soal internasional. “Ada isu kalau soal-soal internasional akan keluar, makanya saya dan teman-teman browsing,” akunya.
Priyo lebih suka belajar saat tengah malam atau menjelang Subuh karena lebih tenang. Sehingga, lebih mudah menyerap materi. "Cukup 1,5 sampai dua jam saja. Kalau terlalu lama malah kurang fokus. Jadi, lebih lama menguasai materi," papar siswa yang sering menjadi tutor matematika untuk teman-temannya ini.
Agar fokus, dia mempunyai jadwal. Misalnya, Senin-Selasa untuk matematika, Rabu-Kamis untuk bahasa Indonesia, dan seterusnya. Dan, ini yang menurutnya tidak boleh dilupakan, yaitu doa. "Doa membuat saya lebih yakin ketika menemukan kebimbangan dalam menjawab soal," aku remaja yang ingin menjadi pegawai pajak atau pengusaha ini.
Sementara, Yayuk berharap prestasi Priyo bisa dilanjutkan dan ditingkatkan oleh adik-adik kelasnya. “Jika tahun ini mendapat peringkat II se-Jatim, semoga tahun depan bisa peringkat I atau menembus nasional," harapnya.