Sembilan Karya MTsN 2 Kediri Dapat Hak Paten

prestasi | 02/05/2016

27-penelitian MTsN 2 paten (2)

KEDIRI KOTA– Sembilan hasil penelitian MTsN 2 Kediri mendapat pengakuan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Karya mereka memperoleh hak paten dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum-HAM). Karya tersebut berlaku selama 50 tahun sejak pertama diumumkan.

Karya riset ilmiah itu dihasilkan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Enik Kurniawati, guru pembina karya ilmiah remaja (KIR) MTsN 2 Kediri, mengatakan, hak paten diterbitkan Kemenkum HAM 10 April 2015.

“Semua karya siswa-siswi kami. Karena itu, kami yang pegang hak cipta,” terangnya kepada Jawa Pos Radar Kediri.

Dari sembilan karya itu, ada yang dikerjakan kelompok maupun individu. Sementara waktu penelitiannya berbeda-beda. Ada yang diteliti pada 2010, ada juga yang baru dibuat sekitar tiga tahun lalu.

Di antara sembilan karya tersebut adalah “Pengaman Rumah Penggerak Solenoid dengan Kode Morse”,”Roti Sukun untuk Diet Rendah Kalori”,”Potensi Biofungisida dari Jahe, Lengkuas Merah, Kunyit, dan Labu Siam untuk Mencegah dan Membasmi pada Tanaman Saw”,”Pemanfaatan Lendir Bekicot sebagai Obat Luka Alami” dan “Kopi Biji Pepaya untuk Menurunkan Kadar Kolestrol”.

Adapun empat karya lainnya, “Fermentasi Sampah Sayuran Pasar Grosir Kota Kediri sebagai Pakan Ternak untuk Meningkatkan Peternakan Sapi di Kota Kediri dan Sekitarnya”,”Nasi Gadung Substitusi Nasi Jagung sebagai Makanan Rendah Kalori bagi Penderita Obesitas”,”Pemanfaatan Tulang Ayam Boiler sebagai Bubur Bergizi dan Bernilai Ekonomis” dan “Pemanfaatan Sarang Telur Laba-Laba dari Ordo Araneae sebagai Bahan Alami Alternatif Penutup Luka”.

Menurut Enik, madrasah memang membiasakan siswa rajin meneliti. Karena itu, pada 2004 pihaknya membentuk ekstrakurikuler KIR. Sebab, ilmu tidak hanya dipahami lewat teori saja, tetapi juga praktik. “Saya usulkan ke kepala madrasah dan mendapat persetujuan,” ujar guru IPA ini.

Sejak saat itulah, siswa di sana aktif melakukan penelitian. Namun demikian, untuk memulainya tidak mudah. Pasalnya tidak semua anak berminat. Dari sembilan yang ikut ekskul, tinggal dua saja yang bertahan.

Seiring berjalannya waktu, peminat ekskul ini semakin banyak. Apalagi siswa MTsN 2 sering menorehkan prestasi tingkat nasional di bidang penelitian. “Prestasi mulai diraih pada 2006. Setelah itu, anak-anak semakin termotivasi ikut KIR,” papar perempuan asal Desa Tanjung, Kecamatan Pagu ini.

Pada 2011, Etik mengatakan, madrasah menjadikan penelitian sebagai muatan lokal (mulok). Khususnya bagi siswa kelas VII. Setiap minggu ada sekitar satu jam pertemuan. Di sisi lain, ekskul tetap berjalan. Bahkan saat ini jumlah peminatnya sebanyak 90 anak.

Dari kegiatan itu, Etik mengatakan, sudah 100 penelitian yang dihasilkan anak didiknya setiap tahun. Untuk meningkatkan kualitas, biasanya madrasah menggelar lomba presentasi penelitian. “Kami kompetisikan supaya anak-anak hasil karyanya makin baik,” terangnya.

Lalu dari mana ide-ide penelitian itu? Enik mengaku, anak-anak sendiri yang mengusulkan. Dia dan guru pembimbing lain hanya membantu menyempurnakan ide mereka. “Biasanya mereka mengatakan dari kejadian sehari-hari,” ujarnya.

Misalnya penelitian tentang tempe dari biji pohon trembesi. Umumnya, tempe dibuat dari kedelai. Kebetulan, nenek dari siswa peneliti tersebut sering membuat tempe dari biji trembesi. Dari kebiasaan sang nenek itulah, si anak mengusulkan penelitiannya. “Ternyata kandungan gizinya (trembesi) lebih tinggi dari tempe,” kata Enik.

Millenias Shafira Hilmanto, salah satu siswa peneliti, mengaku, mendapat ide penelitian dari perkataan neneknya. Di kediamannya di Ringinrejo, banyak tanaman gadung. “Nenek sering buat nasi gadung. Bisa sebagai pengganti nasi beras dan jagung,” urainya.

Dari ide itu kemudian dikembangkan menjadi makanan alternatif untuk orang obesitas. Karena setelah diteliti, kandungan kalori nasi gadung lebih rendah dibandingkan nasi jagung. “Bisa untuk diet alami,” ucap siswa kelas IX ini.

Sementara itu, Kepala MTsN 2 Nur Salim mengatakan, selalu mendukung kegiatan penelitian. Sebab, manfaatnya sangat besar. Baik bagi anak didiknya maupun masyarakat. “Kami banyak menorehkan prestasi dari penelitian anak-anak,” tuturnya. (baz/ndr)

sumber : radarkediri.net