Semampir, Bersiap menjadi Sentra Ikan Keramba

berita |

       Meski sudah lama hidup berdampingan dengan Sungai Brantas yang memiliki air berlimpah sepanjang tahun, budidaya ikan ternyata masih menjadi hal yang sangat aneh bagi para anggota kelompok petani keramba di Kelurahan Semampir. Padahal, potensi ekonomi paling dekat dengan Sungai Brantas adalah bertani ikan dengan sistem keramba.

     Tak ayal, jika para para anggota kelompok keramba ikan di Kelurahan Semampir ini benar-benar memulai usaha pembudidayaan ikan memulai semuanya dari titik nol. "Sebelumnya, kami sama sekali tidak pernah memelihara ikan. Ya baru kali ini memeli­hara ikan di keramba," kata Sariyem, salah satu petani keramba yang juga ketua kelom­pok 4.

       Akitivitas memeli­hara ikan benar-benar menjadi hal yang baru bagi sebagian besar anggota kelompok tersebut. Sehingga, awalnya mereka merasa aneh dan tidak mengetahui sama sekali bagaima­na caranya memelihara ikan itu. Hal tersebut juga diakui oleh Lurah Semampir, Haryono. Dia banyak warganya yang hidup berdampingan dengan Sungai Brantas. "Tapi untuk memelihara ikan memang masih nol putul (belum punya pengalaman). Jadi, memelihara di keramba ini merupakan pengalaman baru yang sangat bermanfaat," katanya.

     Menurut Haryono, belajar tidak dibatasi oleh usia. Jika ada kesempatan harus dimanfaatkan oleh siapapun, termasuk belajar meme­lihara ikan bagi warga Semampir Sungai Brantas. "Apalagi sumber daya ada, tinggal kemauan untuk belajar,” tandasnya.

      Memang pengetahuan yang minim soal memelihara ikan di ker­amba tak membuat mereka patah arang. Sedikit demi sedikit mereka belajar bagaimana cara membudi-dayakan ikan dalam keramba. "Ya susah-susah gampang, semoga saja ke depan kami bisa mahir memelihara ikan,” sahut Pemi, salah satu ibu muda yang juga jadi anggota petani keramba sekaligus ketua kelompok 3 penuh harapan.

        Dengan semangat membara, para anggota kelompok petani ikan dengan keramba di Sungai Brantas ini, perlahan tapi pasti, mempelajari bagaimana cara memberi pakan ikan, melakukan penanganan jika ada ikan yang mati dan sebagainya. Tiap sore dan pagi, mereka mulai bergumul dengan ikan yang selama ini tak pernah mereka lakukan.

      Sampai akhirnya mereka mulai mengetahui bagaimana ngopeni (memelihara) ikan, yang memang tidak semudah kelihatannya. "Ya sulitnya kalau memberi pakan harus pas, tidak boleh kebanyakan dan tidak boleh kurang, supaya ikan sehat jadi harus telaten," sahut Ibu Sugeng dari kelompok 5.

Kediri, Radar