Rabu sore (27/7) bantaran sungai brantas nampak begitu ramai, ratusan warga Kota Kediri memenuhinya sekitar bantaran untuk menggelar selamatan larung sesaji dan labuh bumi sebagai wujud rasa syukur atas berkah yang diberikan sang pencipta.
Larung sesaji merupakan gambaran ketika dulunya sungai brantas menjadi pusat niaga. Sungai brantas merupakan Bandar(Jong biru) yang besar dan menjadi pusat perdagangan di pulau jawa. Kujaran, timur tengah, india, Malaysia, singapure berdagang di tanah jawa melalui sungai brantas.
Labuh bumi memiliki arti berjuang untuk mewujudkan tugas dan kewajiban sebagai hamba Allah karena manusia diciptakan dari bumi, hidup di bumi, mati di bumi dan besok juga akan di bangkitkan dari bumi di hari akhir. Labuh bumi merupakan wujud syukur atas riski yang diberikan oleh Allah melalui bumi.yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
“Larung sesaji dan labuh bumi bukanlah sesaji yang ditujukan pada roh halus, tapi merupakan gambaran atas apa yang terjadi pada masyarakat ketika sungai brantas menjadi nadi kehidupan, nadi pemerintahan dan transportasi utama pada era kejayaan Kediri,” terang Kepala Disbudpadpora Nur Muhyar saat menyampaikan sambutan Walikota Kediri.
Saat larung saji berlangsung terlihat beberapa orang warga yang terjun dari atas jembatan untuk mendapatkan larung sesaji yang dihanyutkan di sungai brantas. “Dek-dek an sih saat terjun dari atas jembatan tapi kami menikmati dan sangat senang dengan adanya acara larung saji,” ungkap salah seorang warga Bandar Lor yang berhasil memperoleh larung sesaji.