Dengan wajah yang malu-malu Firnanda Junizar Nurhalizah (Nanda) siswa kelas 6 SDN Banjaran IV menjawab setiap pertanyaan Walikota Kediri Abdullah Abu Bakar (Mas Abu) saat beraudiensi didampingi Kepala Dinas Pendidikan Kota Kediri Siswanto, ibunya dan ayahnya di Ruang Kerja Walikota Kediri.
“Gimana ceritanya kok bisa mendapat juara?” tanya Mas Abu.
Nandapun menjawab dengan malu, disana, dia mampu menyisihkan 3810 peserta dari beberapa negara di Asia seperti, Cina Daratan, Hong Kong, Filipina, Malaysia, Makau, Taiwan, Korea, Singapura, di ajang bergengsi tersebut. Dalam kompetisi ini, para peserta diminta memecahkan masalah dalam bentuk esai.
Untuk mengikuti kontes tersebut, Nanda harus melewati beberapa tahap, Dimulai dengan seleksi "Asia International Mathematical Olympiad Open Trial" di negara masing-masing (Termasuk Indonesia). Lomba ini dibagi dalam tujuh kelas yaitu kelas 3, 4, 5, 6 untuk SD dan 7, 8, 9 untuk SMP. Setiap tingkatan kelas akan memperoleh soal yang berbeda.
Tahapan kegiatan meliputi Seleksi Tahap I (The Asia International Mathematical Olympiad Open Trial), Pembinaan dan Seleksi Menuju AIMO Asian Final Hongkong (Seleksi Tahap II), The Asia International Mathematical Olympiad Open Asian Final di Hongkong.
Meski sempat merasa minder, Nanda terus mengerjakan soal dengan usaha terbaiknya. Ia mengaku, ada beberapa soal yang ia tidak bisa mengerjakan karena standar soal yang dibagikan lebih tinggi satu level. “Jadi saya mengerjakan soal untuk siswa SMP. Selain itu yang membuat bingung soalnya berbentuk cerita dan menggunakan Bahasa Inggris ,'' akunya saat audiensi bersama Walikota Kediri Abdullah Abu Bakar di ruang kerja walikota, Senin, (8/8) .
Meski begitu siswa kelas VI ini berhasil menjadi terbaik kedua di ajang tersebut. Siswi SDN Banjaran IV ini berhasil membawa pulang medali perak dalam Asia International Mathematical Olympiad Open Contest di Hongkong, 5 Agustus 2016.
Prestasi ini memang bukan kiprah pertama bagi Nanda dalam olimpiade Matematika. Ia memiliki catatan prestasi gemilang dalam kompetisi yang membutuhkan ketelitian tinggi ini. Sejak kelas IV, putri pasangan dr. Wahyu Swantoro dan Dinda Nathalia ini pernah menjuarai OSN.
Ternyata kesuksesan Nanda di ajang olimpiade Matematika tidak hanya karena ketekunannya dalam belajar dan berlatih soal. Ia selalu menyempatkan diri untuk salat malam setiap harinya. Menurutnya, rutinitas tersebut ia lakukan untuk membangun mental positifnya. ''Kita bisa intropeksi diri dan memperkuat semangat serta motivasi,'' kata bocah berumur 12 tahun ini.
Siswa yang berhobi memasak ini berpesan kepada para pelajar lainnya untuk tidak bermalas-malasan dalam belajar.” Jangan takut sama matematika, matematika itu asik. Jangan hanya main game, tapi tekunlah belajar,'' pesan dia.
Mas Abu berpesan kepada Nanda untuk terus meningkatkan prestasi dan untuk seluruh pelajar di Kota Kediri ikutilah jejak Nanda. “ Tidak ada kata terlambat untuk berprestasi baik di bidang akademik maupun non akademik,” ujar Mas Abu.
“Kepada seluruh orang tua, didiklah anak untuk bermental juara,” imbuh Mas Abu.