Asisten II Enny Endarjati Berharap TPID Kota Kediri Tetap Terbaik se-Jawa Bali

berita | 13/08/2019

Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Kediri menggelar rapat koordinasi, Selasa, (13/8) bertempat di Ruang Rapat KPwBI Kediri. Rapat dipimpin langsung oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Kota Kediri Enny Endarjati.

Mengawali sambutannya, Enny Endarjati mengucapkan selamat atas prestasi TPID Kota Kediri yang sudah berhasil mempertahankan predikat terbaik se-Jawa Bali untuk yang ketiga kalinya. “Semoga prestasi ini dijadikan semangat baru kepada kita untuk lebih bekerja optimal dan lebih baik lagi dalam menjaga inflasi di Kota Kediri. Namun saya berharap kita tidak boleh lengah dan terlena dengan prestasi ini karena tantangan pengendalian inflasi kedepan amatlah berat. Dua bulan ini kita dihadapkan dengan permasalahan gejolak harga pada beberapa komoditas bahan pangan yakni komoditas cabe rawit dan daging ayam ras,” ujarnya.

Enny Endarjati menjelaskan pada Bulan Juli 2019 Kota Kediri mengalami inflasi sebesar 0,44% dan merupakan inflasi tertinggi di Jawa Timur.  Berbagai program dan kebijakan TPID Kota Kediri selama Bulan Juli sudah dilaksanakan. Diantaranya operasi pasar dan operasi pasar murni komoditas cabe rawit dan bahan pokok  di beberapa tempat umum, sidak harga dan stok komoditas cabe rawit di beberapa pasar tradisional, pemantauan harga dan stok secara rutin komoditas cabe rawit melalui siskaperbapo, pasar dan petani. Namun hasilnya belum berdampak optimal terhadap penurunan harga komoditas khususnya cabe rawit. Hal ini terlihat bahwa komoditas cabe rawit masih termasuk empat besar komoditas penyumbang terbesar inflasi di Bulan Juli. “Untuk itu perlu sinergitas berbagai pihak baik pemerintah daerah, Bank Indonesia, Bulog, BPS, Kadin dan dunia usaha serta masyarakat. Sehingga  inflasi yang rendah dan stabil dapat terwujud,” jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama Kepala BPS Kota Kediri Agus Puji Raharjo menambahkan bahwa di bulan Juli inflasi kalender 2019 di Kota Kediri berada diangka 1,16% dan inflasi year on year (YoY) yakni IHK bulan Juli 2019 terhadap bulan Juli 2018 sebesar 1,73% dimana lebih rendah dari inflasi bulanan di Jawa Timur yakni inflasi kalender sebesar 1,32% dan inflasi YoY 2,50%. Untuk kelompok penyumbang inflasi terbesar adalah bahan makanan sebesar 1,45%. Sementara kelompok olahraga, rekreasi dan olahraga mengalami deflasi 0,01%. Untuk sepuluh komoditas utama penyumbang inflasi Bulan Juli adalah daging ayam ras, cabai merah, apel, cabai rawit, rokok kretek filter, kacang panjang, bayam, gado-gado, emas perhiasan, dan bedak.

Pada rapat koordinasi ini terdapat beberapa masukan. Seperti BPS memberikan masukan agar perlu dicoba pendekatan edukasi kepada masyarakat agar mulai merubah ke arah pengawetan cabai. Saat cabai murah bisa diolah atau diawetkan sehingga pada saat harganya tinggi, bisa mengkonsumsi cabai awetan. Lalu Bagian Perekonomian memberikan masukan bahwa operasi pasar mungkin baik sebagai solusi jangka pendek. Tetapi solusi jangka panjang perlu peningkatan produksi dengan urban farming. Jadi di rumah-rumah bisa ditanami cabai dan komoditas pertanian lain yang dibutuhkan untuk olahan masakan.

Terakhir, dalam rapat koordinasi tersebut langkah dalam jangka pendek pengendalian inflasi, yang akan dilaksanakan adalah melakukan sidak harga pada Kamis, 15 Agustus 2019. Hal ini untuk mengetahui perkembangan harga di pasar secara riil. Selanjutnya hasil dari sidak akan didiskusikan lebih lanjut langkah yang akan dilakukan TPID. (dra)