Kediri, koranmemo.com – Kelenteng Tjoe Hwie Kiong Kota Kediri menggelar pertunjukan Wayang Potehi di area klenteng. Pertunjukan Wayang Potehi ini merupakan salah satu upacara peringatan ulang tahun Sang Dewi Samudra Makco.
Wayang Potehi merupakan salah satu jenis wayang khas Tionghoa. Kata Potehi sendiri berasal dari tiga suku kata, yakni Pou, Te, dan Hi. Kata ‘Pou’ berarti kain, ‘Te’ berarti kantong, dan ‘Hi’ berarti wayang. Sehingga Wayang Potehi juga dikenal dengan nama wayang kantong.
Sugiyo Waluyo, dalang Wayang Potehi mengungkapkan ada dua kisah yang diceritakan dalam pertunjukan Wayang Potehi ini. Kisah yang diceritakan adalah cerita serial seperti Sie Kong dan Cap Pwe Lo Hwan Ong.
Pagelaran pertama pukul 14.00 – 16.00 WIB menceritakan mengenai kisah Sie Kong. Sie Kong menceritakan mengenai sosok pemuda bernama Sie Kong, putra raja muda. Karena ulah dan perbuatannya dia menjadi seorang buronan. Akhirnya nanti dia menjadi jendral perang pada suatu kerajaan.
Sementara pagelaran malam pukul 17.00 – 19.00 WIB mengenai cerita Cap Pwe Lo Hwan Ong. Yaitu mengenai pendirian kerajaan tong pertama. Bermula dari kisah mengenai pemberontakan 18 raja.
Tidak banyak penonton yang menyaksikan pertunjukan Wayang Potehi. Meski demikian pertunjukan tetap berlangsung sesuai jadwal, baik ada maupun tidak ada penontonnya.
Sugiyo mengungkapkan Wayang Potehi, bukanlah sekadar pertunjukan budaya. Namun oleh warga Tionghoa dianggap sebagai ritual doa dan persembahan. Oleh sebab itu meski tidak ada orang yang menonton, wayang ini dipersembahkan untuk leluhur.
“Dengan mempersembahkan wayang Potehi kepada para dewa, pemesan berharap hajatnya dikabulkan, atau persembahan sebagai rasa syukur atas rezeki yang diterima,” ungkapnya.