Wahyudi, Penjaga Gawang Senior Macan Putih

pengumuman | 18/02/2013

* Makin Pede dengan Nomor Punggung Pilihan Istri

      "Saya belum habis," ujar Wahyudi, kiper Persik, kepada wartawan koran ini. Waktu Itu (11/2), ia sukses menahan gempuran pemain-pemain PSIM Jogjakarta. Bahkan menggagalkan enam peluang emas lawan menjebol gawangnya.

        Kemenangan Persik atas tuan rumah PSIM Jogjakarta di Stadion Mandala Krida dengan skor tipis 1-0 pekan silam itu menjadi bukti ketangguhan Wahyudi. Tak heran, dia tetap menjadi pilihan utama pelatih Aris Budi Sulistyo menjaga mistar gawang Macan Putih.

        Padahal jika dilihat dari usia, Wahyudi sudah tidak muda lagi. Pemain kelahiran Kediri ini akan genap berusia 37 tahun pada 4 April nanti. Di dunia sepak bola, usia tersebut dianggap sudah melewati masa keemasan pemain atau penjaga gawang.

       Namun, usia dianggap Wahyudi bukan penghalang untuk terus berprestasi di sepak bola Tanah Air. Penjaga gawang yang suk­ses mengantarkan Persik juara Ligina dua kali ini merasa kemampuan dan staminanya masih mumpuni tampil selama 90 menit. "Saya masih mampu kalau hanya jadi kiper," urainya.

       Selain itu, Wahyudi juga termotivasi dengan pemain-pemain senior yang masih tampil di kompetisi nasional. Dia mencontohkan tukang gedor Keith Kayamba Gumbs. Meski sudah berusia 41 tahun tetapi pemain yang saat ini membela Arema Cronous tersebut masih perkasa di lapangan hijau.

       Kayamba masih kuat diajak adu sprint atau duel bola-bola atas. Ketajamannya sebagai bomber juga masih terjaga. "Kalau Keith Kayamba Gumbs saja mampu, kenapa saya tidak," ucapnya.

        Kepercayaan diri Wahyudi semakin meningkat. Saat ini dia sudah menanggalkan kostum dengan nomor punggung 33. Nomor punggung itu yang digunakan saat membela Persik di Indonesia Super League (ISL) pada2010.

       Wahyudi menganggapnya sebagai nomor paling sial. Karena dia hanya tampil tiga kali selama satu musim. Penjaga gawang ini kalah bersaing dengan Herman Batak dan Fauzi Toldo. Sehingga, akhirnya Ifa Ekti Wahyuni, istri Wahyudi, meminta agar suaminya ganti nomor punggung. "Saya diberi nomor punggung 50," ungkapnya.

        Sayang, Wahyudi tidak mengetahui alasan istrinya memilih nomor 50. Ifa juga tidak mau memberitahu alasannya. Han­ya, sang istri merasa suka den­gan nomor itu dan dianggap bisa membawa keberuntungan.

         Dengan nomor punggung 50, Wahyudi hijrah ke Persibo Bojonegoro. Dia membela Persibo di kompetisi Indonesia Primer League (IPL) selama semusim. Selanjutnya, Wahyudi pindah ke Deltras Sidoarjo yang tampil di Indonesia Super League (ISL) musim lalu. "Saya tetap pakai nomor punggung 50. Karena saya merasa cocok dan beruntung," akunya.

        Kesetiaan Wahyudi yang menggunakan nomor punggung 50 tersebut berlanjut hingga saat ini. Ketika memutuskan kembali ke kandang Macan Putih, ia langsung meminta nomor punggung 50. Sehingga, nomor 50 tetap bertengger di punggungnya,

        Selain lebih pede dengan no­mor punggung pemberian istri, Wahyudi merasa kompetisi Divisi Utama (DU) PT Liga Indo­nesia dengan Indonesia Super League (ISL) berbeda. Dia menjadi lebih tenang menghadapi gempuran striker-striker lawan. Sehingga bisa membaca serangan lawan dan mementahkan semua bola yang mengarah ke gawangnya saat laga perdana melawan PSIM pekan lalu.

       Wahyudi juga menjadi salah satu pahlawan Persik saat meng­hadapi PPSM Magelang kemarin(15/2). Dia mampu menggagalkan sejumlah peluang emas Diallo Mamadov dkk. Sehingga, Wahyudi hanya kebobolan satu gol. Persik pun bisa menahan imbang PPSM dengan skor 1-1 di Stadion Madya, Magelang.

        Sukses membawa Persik menjadi pimpinan klasemen grup V DU PT LI membuat Wahyudi semakin optimistis. Dia menginginkan Persik kembali berjaya di Tanah Air. Tidak tanggung-tanggung, target lolos ke Indo­nesia Super League (ISL) lang­sung dicanangkannya. "Saya ingin Persik kembali ke kasta tertinggi kompetisi sepak bola Indonesia," tegasnya.

        Kemampuan dan pengalaman Wahyudi di bawah mistar ga­wang Persik dianggap pelatih kiper Sukrian masih yang terbaik. Wahyudi mampu tampil konsisten dalam latihan dan dua kali pertandingan Persik di DU PT LI. "Wahyudi tenang dan pandai membaca arah bola," ujar Sukrian.

      Untuk itulah, di dua laga tandang, Persik selalu memasang Wahyudi menjadi starter. Bahkan, pemain asal Kelurahan Bujel, Kecamatan Mojoroto ini tidak tergantikan di dua laga Tersebut. Dia tampil penuh se­lama 90 menit pertandingan. "Pemain belakang bisa lebih tenang jika Wahyudi main," kata Sukrian.

        Meski demikian, bukan berarti Wahyudi bisa seenaknya. Kiper dengan tinggi 172 sentimeter dan berat badan 65 kilo­gram ini harus tetap menjaga performanya. Karena jika menurun, penjaga gawang muda Persik, yaitu Tarcisius Ariesoma dan Tedi Heri Setiawan siap menggantikannya.

Kediri, Radar