Tenun Ikat Khas Kediri

pengumuman | 13/11/2013

*Serap Banyak Tenaga Kerja

Belum banyak orang yang tertarik untuk menggeluti tenun ikat khas Kediri. Hal ini dikarenakan proses pembuatan yang lama. Padahal, usaha bisnis batik cukup menjanjikan.

Tenun ikat di Kota Kediri telah ada sejak lama. Khususnya di Kelurahan Bandar Kidul Kecamatan Mojoroto yang saat ini menjadi sentra tenun ikat. Tercatat ada sebelas perajin tenun ikat. Mereka mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi sebagian warga Bandar Kidul.

Meski tidak banyak yang melirik bisnis tenun ikat ini. mereka mampu bertahan karena popularitas kain tenun ikat yang terus meningkat. Di Kota Kediri, permintaan kain tenun ikat ini juga stabil seiring dengan adanya kewajiban pegawai negeri sipil (PNS) untuk menggunakan kain ini seminggu sekali.

Menurut Siti Ruqoyah, pemilik usaha tenun ikat Medali Mas di Bandar Kidul, kewajiban inilah yang membuat usaha tenun ikat ini bisa terus berkembang. “Pemerintah daerah ikut membantu pelestarian tenun ikat ini," ungkap perempuan berusia 44 tahun ini.

Pembuatan tenun ikat ala Bandar Kidul ini termasuk dalam tenun ikat ATBM (alat tenun bukan mesin). Berupa proses pembuatan tenun ikat tanpa menggunakan mesin.

Karena tak menggunakan mesin, maka proses pengerjaan membutuhkan waktu yang sangat lama. Prosesnya panjang dan banyak alur kerja. Setidaknya ada 14 tahap dari benang putih menjadi sebuah kain. Setiap tahap atau alur kerja dibutuhkan tenaga kerja khusus di bidang tersebut. Sisi positifnya, proses panjang ini membuat lapangan kerja semakin terbuka lebar.

Saat ini Ruqoyah bisa menyerap 65 warga di sekitar lingkungan Bandar Kidul Kediri sebagai tenaga kerja. Sebagian dari mereka merupakan remaja dan ibu rumah tangga. "Kita memberdayakan sumber daya manusia yang ada di Bandar Kidul," jelasnya.

Satu hari, perempuan kelahiran Nganjuk tersebut bisa memproduksi 30 hingga 40 lembar kain. Dengan harga jual Rp. 130 ribu per lembar. Satu lembar berukuran dua setengah meter. Untuk menghindari kejenuhan konsumen, Ruqoyah selalu memberikan inovasi kepada desainnya. Dalam sekali produksi ia bisa membuat delapan motif berbeda. Seperti motif bunga ceplok, gunung, wajik  dan sebagainya.

Selain itu ia juga membuat empat macam produk tenun. Produk ini dibedakan berdasar bahan yang digunakan. Mulai katun semi sutra, sutra dan sarung goyor. Selain itu ia juga memproduksi syal. Harga dibandrol mulai Rp. 30 ribu hingga Rp. 500 ribu per lembar. Biasanya, harga tertinggi dari bahan sutra.

Usaha ini pun cukup menjanjikan. Dalam sebulan dia bisa mengantongi omzet cukup besar, hingga puluhan juta. Selama ini, meski pemesanan sudah melampaui batas, dia tidak pernah menolak pesanan. Hanya untuk mengatasinya, dia meminta Toleransi waktu.