Pagi itu (25/5) suasana SD Al Huda Kediri begitu ramai. Para siswa berlarian di halaman depan sekolah. Mereka masih menunggu bel masuk. Ketika Radar Kediri bertandang ke sana, dua siswi tampak menanti di ruang kepala sekolah. Mereka adalah Aufa Millatul Haqq dan Sonia Augustin Puspa. Melihat kedatangan koran ini, murid kelas 6 SD tersebut terkesan malu-malu. "Saya grogi ada wartawan," celetuk Aufa diikuti tawa Sonia.
Dengan tingkah polos, mereka lantas memperlihatkan sertifikat juara dari Lomba Cipta Elektronik Nasional (LCEN). Event itu digelar Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya 18-20 Mei. Pada piagam tertulis, juara bidang elektronika dasar non mikrokontrol LCEN 2012. Selain itu, keduanya juga menerima sebuah piala.
Lomba di BG Junction Surabaya itu dibagi dua kategori. Kategori pertama diikuti peserta SD hingga SMA. Sedangkan kategori kedua, khusus untuk mahasiswa. " kategori pelajar dilombakan divisi elektronika microcontroller dan non microcontroller," ungkap Aufa. Yang menarik, di antara 10 tim kategori pelajar, Aufa dan Sonia satu-satunya peserta SD. "Yang lain SMP dan SMA," imbuhnya. Meski begitu, mereka tak sedikit pun canggung. Justru, menjadi peserta termuda tidak memberikan beban apa-apa.
"Pokoknya kami ingin menampilkan karya sebaik mungkin," urai putri pasangan Walid Wahyudi dan Khalifatul Rizqiati ini diiyakan Sonia. Hal itu dibuktikan pada penjurian pertama pada 18 Mei. Pada tahap ini ada tiga juri yang menilai. Mereka minta peserta merealisasikan alat. Dalam penjurian tertutup itu, Aufa dan Sonia berhasil. "Nggak sangka dinyatakan lolos," ujar keduanya serempak.
Di tahap dua, mereka harus mendemokan karya di depan dewan juri dan ribuan penonton. Pasalnya, penjurian dilakukan terbuka. Hal ini membuat Aufa dan Sonia nervous. "Pe nontonnya banyak banget," kata Sonia.
Walau begitu, kedua siswi yang hobi membaca ini justru bikin juri kagum. Dari 45 menit yang dipatok panitia, mereka mampu menyelesaikan demonstrasi dalam tempo 20 menit.
Pada hari ketiga, panitia mengumumkan juara untuk setiap kategori. Aufa dan Sonia tak berfirasat menjadi juara. Hanya saat pengumuman, panitia sempat memberi semacam pesan khusus, yang namanya pelajar itu bisa SD, SMP atau SMA," urai Sonia menirukan ucap panitia saat itu.
Dengan pesan itu, dua siswi ini merasa disinggung oleh panitia. Sebab, peserta SD hanya dari SD Al Huda. "Kami seperti akan disebut sebagai juara," ujar belia kelahiran 9 Mei 2000 ini.
Benar saja, panitia menyebut nama Aufa dan Sonia. Dewan juri menilai karya rriereka bernama “pengaman antimaling dengan kode morse” sangat bermanfaat, atas prestasi itu, keduanya siswa berhak membawa pulang beasiswa sebesar Rp 5 juta.
Padahal, sejatinya Aufa dan Sonia tak sengaja mengikuti LCEN. Awalnya informasi lomba itu dari Walid Wahyudi, ayah Aufa. "Ayah pernah mengikuti LCEN ketika SMP," ujarnya.
Aufa lantas menggandeng Sonia sebagai teman satu tim. Sebab ia pintar pelajaran IPA. "Sonia juga suka eletronika," urainya disertai senyum Sonia.
Februari mereka mengirimkan proposal perlombaan. Saat itu, 26 peserta dinyatakan lolos sebagai finalis. Aufa dan Sonia segera belajar keras. Sampai Maret, keduanya belajar teori dasar elektronika. Memasuki April, mulai merancang rangkaian PCB. Semuanya dilalui dengan mulus.
Hanya satu hal yang membuat khawatir. Aufa tidak terbiasa berbicara di depan banyak orang. "Kami gugup jika harus presentasi,” aku Aufa disambut anggukkan Sonia.
Maka mereka pun belajar untuk presentasi. Aufa dan Sonia berlatih berbicara di depan orang tua mereka. "Mama Papa kami anggap sebagai dewan juri atau penonton," ucap keduanya kompak.
Prestasi ini pun mengharumkan nama sekolah. Imam Rohani, Kepala SD Al Huda, sangat bangga dengan prestasi anak didiknya. Harapannya, prestasi itu dapat melecut siswa lain untuk berprestasi. "Semua anak diberi semangat agar tertular berprestasi" tuturnya,
Kini, meski belum diumumkan kelulusan SD, Aufa dan Sonia sudah diterima di MTsN 2 Kediri. Padahal, penerimaan itu sebelum mereka menjadi juara LCEN.
Radar Kediri