Musikan Raih Lisensi Kepelatihan B Nasional

prestasi |

      Musikan tampak sumringah dalam beberapa hari terakhir. Puasa di hari yang terik tak membuat mantan pemain andalan Persik dan Persedikab itu kehilangan tenaga untuk menebarkan senyum ramahnya. Sapaan bersahabat juga selalu dilemparkannya kepada yang dia kenalnya.

      Akhir-akhir ini mantan penyerang berbahaya tersebut memang sedang bahagia. Kehadiran bulan Ramadan tahun ini semakin istimewa setelah dia mencapai salah satu cita-citanya yang lama dia pendam. Ya, Sabtu (28/7) lalu, pemain yang ikut membawa Persik meraih gelar juara Liga Indonesia 2003 dan 2006 tersebut berhasil meningkatkan level lisensi kepelatihannya. "Alhamdulillah, Mas. Sekarang sudah lisensi setelah kursus kemarin," kata pemain yang pernah menjadi top scorer untuk Persik dengan 22 gol pada 2003 tersebut.

        Setelah bertahun-tahun hanya memegang lisensi C, sejak dua hari lalu mantan pemain yang pernah bergabung dengan Semen Padang ini sudah memenuhi syarat administrasi untuk bisa melatih maksimal di ajang Divisi utama PSSI. Tapi, perjuangan untuk mendapatkan lisensi kepelatihan B tidak berlangsung mudah. Dia harus menjalani kursus kepelatihan selama tiga pekan penuh. "Saya ikut di Malang, mulai 8-28 Juli kemarin, Mas.

     Alhamdulilah saya dapat kesempatan," katanya tetap dengan senyum khasnya. Selain harus meluangkan waktu hingga hampir sebulan, biaya untuk mendapatkan lisensi juga tak murah. Kabarnya bisa mencapai belasan hingga puluhan juta. Tapi, meski Sudah mendapatkan lisensi, Musikan tak jumawa. Dia tetap low pro­file dan tidak berambisi terlalu besar. Mantan pemain kelahiran 18 Juni 1977 ini hanya berharap bisa menularkan ilmu barunya tersebut. "Selama ini banyak kesalahan kita dalam bermain bola. Banyak penerapan yang salah kaprah, itulah yang ingin saya sebarkan supaya semuanya tahu," tuturnya.

       Tak muluk-muluk, PNS di Pemkot Kediri ini sudah cukup senang jika bisa menyebarkan ilmunya kepada para pesepak bola lokal. Yakni, para pemuda kampung tempatnya melatih dan bermain bola jika tidak ada aktivitas di Persik maupun SSB yang dilatihnya. "Biarpun han­ya latihan di kampung, harus tahu peraturan. Makanya, saya ingin sebarkan apa yang sudah saya dapatkan meski hanya untuk pemain-pemain di kam­pung saya," kata pegawai di Dinas Pekerjaan Umum Kota Kediri ini.

        Soal melatih di ajang Divisi Utama, Musikan mengaku tak berlalu berambisi untuk sekarang. Meskipun, keinginan itu pasti ada. Dia menyadari bahwa semua membutuhkan pros­es dan pembelajaran. Baginya, yang terpenting adalah mendapat ilmu sepak bola yang lebih maju dan bisa menyebarkannya kepada siapa yang membutuh­kan. Apalagi, sekarang ilmu sepak bola terus berkembang dari waktu ke waktu. Banyak hal yang dulu tidak diatur, sekarang diatur. "Butuh pengetahuan dan wawasan yang kuat," tu­turnya.

         Makanya, dia berpendapat bahwa pelatih sekarang tidak bisa hanya mengandalkan pen­getahuan dan sisa-sisa kemampuannya saat masih menjadi pemain dulu. Sebab, banyak pengetahuan yang ternyata su­dah kedaluwarsa dan membu­tuhkan pembaruan. "Saya tidak bisa hanya mengandalkan ilmu selama bermain dulu untuk melatih karena sudah ketinggalan dengan ilmu yang baru-baru," tandasnya.

Radar Kediri