* Kurang 41 Detik, Banting Lawan sampai KO
Rilo Fauzi Riantiko membuat kejutan dalam Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Timur di Madiun, 22-29 luni lalu. Turun di kelas 75 kilogram wushu sanshou, dia berhasil menyumbangkan medali emas. Itu melampaui targetnya.
"Saya sama sekali tidak menduga dapat medali emas," ujar Rilo. Maklum, atlet wushu sanshou Kota Kediri ini sebenarnya memang tidak ditarget meraih medali emas dalam Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jatim di Madiun, 22-29 Juni lalu. Dia juga belum kenyang makan asam garam di dunia wushu sanshou.
Makanya, saat mencapai babak final. Rilo sudah merasa menjadi juara. Dia pun tampil lepas menghadapi atlet dari Jombang. Bahkan ketika tertinggal 1-4 dalam pengumpulan poin di ronde pertama. Pemuda yang baru lulus SMAN 5 Kediri ini tetap rileks. Yang penting terus menyerang. Pukul dan tendang meski lawan terlihat tidak terpengaruh. "Nothing to lose saja waktu itu," katanya.
Tapi, kesempatan akhirnya datang juga. Saat pertandingan menyisakan waktu 41 detik, Rilo mempunyai celah untuk membanting lawan. Celah itu pun tak disia-siakan. Dengan gerakan cepat dan sekuat tenaga, Rilo membantingnya. Bruakkk,..!. Bantingan inilah yang membuat lawannya tidak berkutik. Dia tidak mampu bangkit. Sehingga, wasit memutuskan Rilo menang knockout (KO). Seketika, Rilo langsung memeluk pelatih dan ofisialnya. "Ini sungguh luar biasa," ujarnya.
Usai pengalungan medali emas, dia juga segera rnengirim short messege service (SMS) kepada Ririn Pujiastuti, ibunya. Maklum, kedua orangtuanya tidak bisa menyaksikan saat final. Ibunya harus bertugas di RSUD Gambiran. Sedangkan, Sutikno, ayahnya, masih berdinas sebagai anggota TNI Angkatan Laut (AL). "Ibu langsung telepon mengucapkan selamat. Senang sekali," aku pemuda yang tinggal di Perumahan Podomoro, Kelurahan Sukorame, Kecamatan Mojoroto ini.
Kebahagiaannya itu bukan tanpa alasan. Sebab, saat pertama kali menggeluti olahraga beladiri ini, orang tuanya tidak mengizinkan. Wushu sanshou seperti tarung bebas. Tendangan, pukulan, dan bantingan diizinkan. Makanya, mereka khawatir Rilo cedera.
Tapi, Rilo tidak menyerah. Dia berlatih secara sembunyi-sembunyi sejak 2012. Pada saat kejuaraan di Malang, Rilo ikut. Hasilnya, dia berhasil menjadi juara. "Saya bawa pulang medali emas ke rumah," ujar cowok yang kini meneruskan kuliah di universitas swasta di Malang.
Melihat prestasinya itulah, orangtua Rilo akhirnya mengizinkan. Termasuk, ketika dia masuk pemusatan latihan daerah (puslatda) Kota Kediri untuk menghadapi Porprov Jatim 2013. Dengan latihan keras setiap hari dalam puslatda tersebut, Rilo kembali membuktikan diri bisa menjadi yang terbaik. "Sebenarnya saya hanya ditarget perak, tetapi justru dapat emas," katanya bangga.
Rilo pun berhak atas bonus Rp 20 juta. Bonus itu langsung digunakannya untuk membeli sepeda motor dan perlengkapan kuliah. "Saya tidak ingin merepotkan orang tua," tandasnya.
Apakah ingin terus menekuni olahraga ini?. Rilo tersenyum sambil menganggukkan kepala. Meski demikian, bukan berarti harus dengan terus menjadi atlet. Sebab, dia sadar tidak mungkin selamanya menjadi atlet wushu.
Makanya, untuk urusan masa depan, dia tetap mementingkan pendidikan. Wushu tetap bisa ditekuni sebagai sarana untuk menjaga kebugaran tubuh. "Saya ingin menjadi pegawai negeri sipil (PNS)," ujar pemuda kelahiranTulungagung, 12 Agustus 1994 ini. Rilo ingin menjadi petugas lembaga permasyarakatan (lapas).
Sementara itu, keberhasilan Rilo meraih emas mendapat apresiasi dari Ketua KONI Kota Kediri IGG. Heru Marwanto. Selain melampaui ekspektasi Kota Kediri, Rilo memang tampil luar biasa. "Lawannya tahan pukul. Ini melampaui target kita," ujarnya.
Keberhasilan Rilo itulah yang turut memotivasi atlet dari cabang olahraga (cabor) lain. Semua Tampil habis-habisan. Hasilnya, Kota Kediri menduduki peringkat kedua setelah Surabaya dalam hal pengumpulan poin dan medali terbanyak.
Kediri, Radar