Presentasi Tangani Murid Muntah Memikat Juri
Apa yang kamu lakukan jika melihat temanmu mimisan?. Jika itu ditanyakan pada siswa SD, kebanyakan akan menjawab tak tahu. Tetapi, Devina bisa menjawabnya dengan, lugas. Kemampuan itulah yang mengantarnya juara I dokter cilik nasional yang digelar Kemendikbud.
"Surprised banget bisa jadi juara I. Soalnya saingannya perwakilan dari puluhan provinsi di Indonesia," tutur Devina pada Sabtu sore (21/9) yang cerah.
Ditemui di rumahnya, di Kelurahan Pojok, Kecamatan Mojoroto sekitar pukul 16.30, gadis berambut panjang itu tengah bersantai. Dia mengobrol ringan bersama Kartiningsih, sang ibu, dan Andik Eko Nurcahyo, ayahnya.
Seperti anak berusia 11 tahun sebayanya, sifat manja terlihat jelas dari gadis berkulit putih ini. Tetapi, begitu ditanya seputar keikutsertaannya dalam lomba dokter cilik nasional 15-18 September silam, yang terlihat justru sebaliknya.
Tutur katanya mendadak berubah lugas dan tegas. Intonasi suaranya juga begitu tertata. Rupanya, hal itu tak lepas dari hasil training yang diikutinya sebelum berlomba di tingkat nasional.
Setelah menjadi juara 1 di ajang sama tingkat provinsi, anak bungsu dari dua bersaudara ini kembali diminta menjalani pelatihan khusus.
Selain materi seputar usaha kesehatan sekolah (UKS) dan kesehatan, siswi juara I duta lingkungan tingkat Provinsi Jatim ini juga di ajari cara presentasi di depan dewan juri.
"Suaranya harus keras dan jelas, tapi tertata. Tekanan suaranya juga diatur," ujar siswi kelas V SDN Sukorame ini sembari mengulang saat dirinya memberi penjelasan pada juri.
Lomba yang berlangsung di hotel Lor In Bogor itu sangat berkesan bagi Devina. Sebab, pelajar langganan juara kelas ini harus melalui beberapa tahap yang mendebarkan. Dalam lomba yang digelar Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar (Dirjen Dikdas) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) itu, Devina harus mengerjakan rangkaian tes tulis seputar UKS dan kesehatan.
Kepandaian gadis berhidung mancung ini diuji karena ia harus mengerjakan 25 soal dalam waktu 30 menit. Usai mengikuti tes tulis, Devina diminta menyusun menu makanan dengan gizi seimbang. Dari belasan jenis sampel makanan, la pilih nasi, tempe, ayam, sayur asam, dan buah semangka. "Untuk minumnya saya pilih susu," bebernya.
Selain dua tes itu, pengetahuannya tentang pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) juga diujikan. Termasuk, praktik mengukur tinggi badan dan teorinya. Di babak penyisihan, kondisi fisiknya sebagai salah satu dokter cilik pun dites. Mulai rambut, struktur gigi, kelenturan kulit, dan tingkat kebersihan tubuh, di-periksa menyeluruh.
"Dokter cilik tidak boleh rambutnya ada kutu atau ketombe. Kulitnya harus kencang, struktur giginya juga diperiksa," terang gadis kelahiran 2002 ini. Usai menjalani rangkaian tes itu, panitia lantas mengumumkan hasil nilai dalam penyisihan. Dari total 24 perwakilan provinsi di Indonesia, Devina masuk peringkat tujuh. Down, begitulah perasaannya kala itu.
Meski masuk 10 besar dan masuk ke final, harapannya meraih juara langsung drop. Beruntung, tim dari dinas kesehatan, dinas pendidikan, SDN Sukorame 2, pemkot, dan tim provinsi yang ikut ke Bogor langsung mengambil sikap.
Devina diberi pelatihan materi untuk menghadapi final. Di babak ini, dia harus melakukan penyuluhan. Adapun materinya diundi. Sehingga, tak bisa dipelajari lebih awal.
Setelah diundi, ternyata gadis yang hobi bernyanyi ini mendapat materi penyuluhan tentang P3K. Karena sudah mempelajari materi sebelumnya, dia tak menemui banyak kesulitan. Apalagi, gadis yang juga gemar nge-game ini memang sudah mendapat pelatihan untuk presentasi. “Sebelum presentasi saya kasih yel-yel dulu. Setelah itu baru penyuluhan tentang hal-hal darurat yang membutuhkan P3K di sekolah," kenangnya.
Rupanya, cara presentasi Devina mendapat penilaian maksimal dari dewan juri. Caranya menjelaskan penanganan kasus mimisan, patah tulang, dan muntah pada siswa memikat juri. Jika di babak penyisihan Devina masuk peringkat tujuh, dia dinobatkan jadi juara 1. "Langsung kaget. Nggak nyangka," imbuhnya.
Dengan prestasi itu, Devina bertekad mempertahankannya. Apalagi, setelah lulus SMA kelak, dia memang bercita-cita menjadi dokter untuk meluluskan keinginan almarhum neneknya. "Sekarang saya harus bisa jadi dokter untuk diri sendiri dan teman-teman," kata gadis yang 18 Oktober nanti harus kembali mewakili Jatim di ajang lomba Duta Lingkungan tingkat nasional itu.
Kediri, Radar