Kebiasaan hidup bersih dan sehat siswi kelas VI SDN Banjaran 4 Kediri ini mengantarkannya mengikuti komptetisi dokter kecil. Dia pun meraih juara II se-Jawa Timur. Berkat prestasinya, aktivis UKS ini akan mewakili kotanya dilomba tingkat nasional.
Sinar sang surya terasa bersababat menjelang siang itu (18/9). Panasnya tak terlalu menyengat kulit. Makanya, siswa SDN Banjaran 4 Kediri pun senang bermain bola di halaman sekolahnya. Sedangkan para siswi lebih memilih duduk diteras depan kelas.
Mereka memanfaatkan waktu istirahat pelajaran dengan ngobrol bersama teman-temannya. Suaranya riuh rendah. Beberapa tampak menikmati bekal yang dibawanya dari rumah. Ketika Radar Kediri tiba di sana, sejumlah siswa tertarik mengikuti.
Mereka membuntuti sambil berjalan. Sesekali menggoda dengan mencolek lengan wartawan koran ini. Setelah itu, mereka pura-pura bersembunyi dibalik pohon yang berjajar rapi di depan kelas. Namun begitu sampai di ruang usaha kesehatan sekolah (UKS), anak-anak itu sudah tidak lagi mengikuti.
Di ruangan bercat hijau itulah, Radar Kediri menemui Fany Nabila Pauziah, Siswi kelas VI ini akan mewakili kotanya sekaligus wakil dari Provinsi Jatim dalam kompetisi dokter kecil di tingkat nasional, Oktober mendatang.
Fany panggilan gadis yang tinggal di jl Anggrek Raya, Perum Ngronggo, Kota Kediri baru saja meraih juara dua dokter kecil tingkat provinsi yang diselenggarakan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Kala itu, putri pertama dari dr. Fauzan Adima, 40, dan Deni Alrita, 36, ini terpilih mewakili Kota Kediri. Karena itu, ia mengikuti kompetisi di Surabaya pada 22 Juni. Fany pun terpilih menjadi juara 2, sedangkan juara 1 diraih pelajar dari SD di Kabupaten Tuban. Juara I dan II inilah yang berhak mewakili provinsi ke tingkat nasional. "Ya nggak menyangka, tapi senang," katanya.
Saat jam istirahat itu, Fany tampak menjalankan aktivitasnya di ruang UKS. Sekitar pukul 10.30 siswi berambut pendek sebahu ini sedang menjalani bimbingan untuk persiapan Dokter Cilik Award nasional di Jakarta, pada 2-6 Oktober mendatang.
Tampak Ardian Efendi, 31, guru olahraga yang menjadi pembinanya, memberikan materi tentang kantin sehat. Untuk persiapan kompetisi nasional, Fany memang harus menjalani bimbingan intensif tentang materi kesehatan dan latihan public speaking.
Untuk bimbingan materi, selain didapat dari pembinanya di sekolah juga dari Dinas Kesehatan Kota Kediri. Sedangkan latihan public speaking, Fany harus memberikan penyuluhan kepada adik kelasnya, dari kelas 1sampai 5.
Materinya adalah mencuci tangan, cara gosok gigi, mandi minimal 2 kali sehari, dan menjaga kebersihan badan. Seperti potong kuku panjang dan keramas. Hal tersebut rutin dilakukan sebelum keberangkatannya. "Awalnya grogi Mbak, tapi lama-lama terbiasa," aku siswi kelas IV ini seraya tersenyum malu.
Ketika di rumah pun, Fany tetap latihan. Bahkan orang tuanya kerap memintanya mengulang materi. Mereka pun menjadi audiensinya. "Saat tidak ada PR (pekerjaan rumah), papa minta aku ngulang materi-materi, biar tambah paham," jelas penghobi memasak dan bersepeda ini.
Hasil latihan itu bermanfaat ketika ia berlomba di provinsi. Berbagai tahapan seleksi bisa dilewati Fany dengan baik. Mulai tes tulis, wawancara, dan praktik. "Waktu itu saya praktik mengusung gizi seimbang,"ungkap bocah 11 tahun ini.
Dengan beragam jenis makanan yang sudah tersedia di depan juri, Fany harus menyusun yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan air. Fany pun memilih nasi, sayur asem, ayam, dan tempe goreng. Untuk buah ia memilih jeruk dan pisang, tak lupa air putih sebagai pelengkap.
Nilai praktik Fany berhasil menyisihkan puluhan peserta dari seluruh kabupaten/kota se-Jawa Timur. Dari pengalamannya menjadi dokter kecil, kini kakak dari Arik Akbari Fauzan, 7, tersebut semakin termotivasi mempraktikkan ilmunya. Tidak hanya di sekolah, tetapi juga di rumah dan lingkungan sekitarnya.
Tak heran, Fany sedikit cerewet jika menyangkut soal kebersihan dan kesehatan. Tak jarang, siswi yang bercita-cita menjadi dokter ini menegur temannya yang berkuku panjang. Dia juga tak segan mengingatkan, jika ada yang membuang sampah sembarangan.
Sang adik pun tak luput dari perhatiannya. Fany selalu mengajari adik semata wayangnya untuk hidup bersih dan sehat. Fany menyadari berperilaku hidup sehat sejak dini sangat penting. Saat itu, Fany tengah sibuk mempersiapkan diri untuk kompetisi nasional. Meski di tingkat nasional nanti materi lebih banyak, namun ia tetap bertekad bisa meraih juara lagi.