Mohammad Hafizh Pahlevi Abhari merebut medali emas untuk ganda putra bulutangkis. Sedangkan, Fatin Nabila Rizqi medali perak untuk olimpiade biologi. Mereka mengukir prestasi di Aksioma Kemenag RI di Malang, awal November lalu.
Halaman MTsN 2 Kediri di Jl Sunan Ampel 12, Kelurahan Ngronggo, Kecamatan Kota Kediri, tampak lengang pagi kemarin (3/12) jam menunjukkan pukul 09.30. Sejumlah siswi mengenakan seragam pramuka duduk di kursi taman. Mereka menunggu giliran masuk kelas untuk ujian akhir sekolah (UAS). Selama seminggu ke depan, madrasah tersebut memang menggelar UAS. Sehingga, ada yang masuk pagi dan siang.
Pagi itu, Hafizh panggilan akrab Mohammad Hafizh Pahlevi Abhari mendapatkan jadwal UAS siang. Dia masuk pukul 10.45. Sehingga, saat ditemui wartawan koran ini, dia masih punya waktu untuk menceritakan pengalamannya menjuarai nomor ganda putra bulu tangkis kompetisi olabraga madrasah tingkat nasional yang terhelat Kemenag RI di Malang 5-9 November lalu.
Meski demikian, ditemui di ruang kepala madrasah, Hafizh masih terkesan malu-malu. Seolah dia masih belum percaya bisa menyabet medali emas dan menyisihkan lawannya dari berbagai provinsi di Indonesia. "Nggak nyangka sama sekali," ujarnya.
Berpasangan dengan Wahid Muklisin dari MTsN Model Pare, Hafizh harus melakoni empat pertandingan dalam Ajang Kompetisi Seni dan Olahraga Madrasah (Aksioma) tersebut. Pada babak penyisihan, mereka menang mutlak atas pasangan dari Sulawesi dengan skor 5-0.
Ini yang membuat mereka langsung lolos ke perempat final. Di babak ini, Hafizh/Wahid kembali berhasil menekuk pasangan Sumatera Barat dengan skor 3-1. Sehingga, lolos ke semifinal untuk menghadapi Kalimantan Barat. Tapi, lagi-Iagi keduanya membuktikan ketangguhannya dengan menekuk Kalbar dengan skor 2-1.
Di babak final, mereka harus menghadapi pasangan unggulan dari Jawa Tengah. Ketangguhan, tim Jateng diakui pula oleh Hafizh. "Teknik permainan mereka sangat bagus dan cukup membuat kami kewalahan," akunya.
Kedudukan bahkan sempat seimbang 2-2. Tapi, berkat ketekunan dan semangat pantang menyerah, Hafizh/Wahid berhasil merebut satu set penentu. Kedudukan pun menjadi 3-2. "Alhamdulillah, kami akhirnya bisa mengungguli," kata putra pertama pasangan Abdul Hasib dan Rindawati ini.
Prestasi ini bukanlah prestasi instan. Cowok 14 tahun itu harus menjalani latihan rutin seminggu tiga kali. Ini dilakukan di balai desa, tempatnya tinggal. "Biasanya latihan sama bapak-bapak di kampung. Setiap Jumat, Sabtu, dan Minggu," ungkap siswa kelas VIII asal Desa Joho, Kecamatan Wates ini.
Dua minggu sebelum pertandingan digelar, porsi latihan ditambah. Alumnus MI An Najah Joho ini harus menjalani latihan setiap pulang sekolah. Dia dibimbing pelatih Nurfitri Handayani dan Damanhuri. "Sore latihan, malamnya tahajud," imbuhnya.
Hafizh mengaku suka badminton sejak kelas empat sekolah dasar (SD). Ini bermula dari melihat pamannya yang sering berlatih. Setelah itu ingin mencoba dan akhirnya keterusan. Kedepan, dia masih ingin mengembangkan hobinya di dunia tepok bulu itu lewat berbagai kompetisi. "Nanti penginnya jadi guru olahraga," katanya.
Sementara itu, Fatin Nabila Rizqi berhasil peraih medali perak olimpiade biologi pada ajang yang sama. Dia harus menaklukkan soal-soal yang cukup berat dan membuatnya geleng-geleng kepala. Salah satunya tentang biologi molekuler. "Waktu itu sudah ada beberapa reaksi yang disajikan, tapi saya belum bisa memahami secara detail," ungkap gadis 15 tahun ini.
Bagi Fatin, biologi adalah pelajaran yang mengasyikkan. Ini sesuai dengan cita-citanya sebagai dokter spesialis kandungan. Meskipun sempat mengalami kesulitan di awal, dia tak pernah menyerah dalam memahami pelajaran tersebut. Terutama, dalam menghafalkan istilah-istilah Latin yang harus dihafalkannya.
Awalnya memang sulit untuk menghafal. Namun, kalau kita benar-benar ada ketekunan untuk berusaha, kesulitan pasti akan jadi mudah," kata siswi kelas IX-A ini.