* Bersiap Diri Hadapi Kejuaraan Karate Dunia di Spanyol
Melihat sang saka merah putih berkibar di manca negara menjadi kebanggaan tersendiri bagi Aghnia Zamzani. Apalagi, bendera itu berkibar lantaran dirinya menjadi juara karate di Milo Open Malaysia.
Senyum terus mengembang di wajah bocah imut kelahiran 11 Desember 2004 ini. Aghnia Zamzani tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Maklum, event kejuaraan karate skala international baru saja ia menangkan pada kejuaraan Milo Open di Malaysia, 6-8 Juni lalu.
Sebuah kebanggaan dan kebahagiaan yang tidak terkira. Karateka cilik ini mengukir prestasi di kompetisi tingkat internasional. Dia menjadi juara pertama dan mengibarkan bendera merah putih di negara tetangga. Ini merupakan impiannya yang terwujud.
Kejuaraan Milo Open ini menjadi kemenangan yang tak terlupakan. Setelah menyabet gelar juara, siswi SDN Banjaran IV yang akrab disapa Aghni ini dikerumuni pelatih-pelatih karate ternama dari berbagai negara.
Ada yang dari Nepal, Srilangka, India, Thailand, Filipina, Brunei, dan Malaysia. Mereka secara khusus mengucapkan selamat atas kemenangan Aghni. Tidak hanya itu, sebagai kenangan mereka meminta gadis yang hobi bermain biola ini foto bersama.
Melihat kemampuan Aghni dalam memperagakan kata (jurus-jurus karate) membuat para pelatih ini terpukau. Mereka merekomendasi gadis berusia 9 tahun ini mengikuti World Championship Karate.
Itu kompetisi tingkat dunia yang rencananya digelar di Barcelona, Spanyol tahun depan. "Saya senang sekali mendapat motivasi dari pelatih-pelatih itu," kenang Aghni. Motivasi itu akan dijadikan Aghni untuk terus memberikan yang terbaik bagi Indonesia.
Tidak hanya para pelatih yang terpukau. Para juri pun terpaku melihat iosho. Dua kata tersebut menjadi andalan dalam kejuaraan Milo Open di Malaysia Aghni berhasil menyisihkan 25 rivalnya di kategori kata perorangan usia 8-9 tahun.
Namun untuk menjadi juara dalam kejuaraan international tersebut tidak gampang. Aghni membutuhkan kerja keras dan kedisiplinan dalam mewujudkan impiannya tersebut. Dia bahkan menggenjot latihan satu bulan penuh jelang kejuaraan.
Ditangan Dian Kartika, gadis yang lihai bermain piano ini mendapat latihan keras. Mulai lari, koordinasi hingga penghafalan kata. Dalam sehari, Aghni mempelajari satu kata. Untuk menghafalkan gerakan, dia harus mengulanginya hingga enam kali.
Tidak hanya latihan fisik, pola makan juga diatur pelatih, Aghni tidak diperbolehkan makan snack, makanan asin atau gurih. Tidak hanya itu, menjelang pertandingan Aghni tidak diperbolehkan minum es krim.
Layaknya bocah seusianya yang juga senang makan camilan atau es krim, Aghni terkadang tidak bisa menahan keinginan tersebut. Namun ia mencoba konsekuen agar mencapai tujuannya. "Tapi yes, sekarang sudah bisa makan jajan dan makan es krim lagi," sahutnya ceria.
Meskipun menjuarai karate international, Aghni tidak berpuas diri. Saat ini ia sedang giat latihan. Sebab Aghni akan kembali mengasah kemampuannya di Kejurda Forki (Federasi Olahraga Karatedo International) pada Agustus mendatang dan Kejurda Inkanat (Institut Karatedo Nasional) pada September.
Aghni juga sedang mempersiapkan diri dalam kejuaraan international lagi. Pada Desember mendatang di Singapura dan awal tahun depan di Brunei Darussalam. "Ini akan menjadi modal penting sebelum mengikuti kejuaraan kelas dunia," sambung Dian.
Mohamad Sulton, ayah Aghni, mengaku sangat bangga atas prestasi yang dicapai anak kelimanya itu. la berharap, Aghni bisa terus berprestasi. "Saya tidak pernah menargetkan harus juara di setiap ajang. Sebagai orang tua, saya selalu mendukung dan memberi support," papar pria yang kini menjabat direktur perencanaan dan pengembangan di PTPN X itu.