Meski sudah banyak alat bajak modem bermesin tidak membuat alat bajak tradisional yang menggunakan sapi sebagai tenaga utama ditinggalkan. Beberapa orang masih berminat membajak sawah atau ladangnya dengan menggunakan alat tradisional tersebut. Hal ini terbukti banyaknya permintaan petani yang ingin membajak sawahnya dengan menggunakan alat tradisional yaitu singkal dan garu yang ditarik oleh 2 ekor sapi.
Supono pembajak sawah, warga Lingkungan Cakarsi Kelurahan Tosaren mengatakan masih banyak yang menggunakan jasanya untuk membajak sawah atau ladang. Untuk hari ini dia membajak ladang yang berada di Kelurahan Blabak milik warga setempat. Sedangkan minggu depan dia sudah memiliki jadwal membajak sawah di Betet.
“Masih banyak orang yang masih, membajak secara tradisional. Minggu depan saya, mendapat job di Lingkungan Betet untuk membajak sawah,” ujar Supono. Untuk membajak menggunakan jasanya, Supono memasang tarif Rp 90.000 per 125 ru ditambah kiriman makanan dan minum dari pemilik sawah atau ladang. Jika tidak mendapat kiriman makanan dan minuman dari pemilik dia memasang tarif Rp 100.000 per ru nya.
Sugito, kakak Supono warga Lingkungan Jegles Kelurahan Blabak biasanya membantu pekerjaan adiknya. Dia juga memasang tarif yang sama. Sebelum pembajakan dimulai mereka selalu melakukan nego dengan pemilik sawah atau ladang untuk menggunakan jasa kakak beradik tersebut. Hal ini agar pekerjaan lebih cepat selesai. Jika sang pemilik hanya memerlukan satu pembajak saja maka yang mendapatkan job pertama yang kemudian menggarap. Dengan bermodal alat tradisional untuk membajak, kakak beradik tersebut lebih dari 25 tahun melakoni pekerjaan tersebut.