Tahun ini Kota Kediri menjadi tuan rumah acara workshop Seni Tradisi Propinsi Jawa Timur dalam rangka program pengelolaan keragaman budaya. “Kota Kediri ini adalah kota yang kecil tapi memiliki latar belakang sejarah yang panjang. Dimana pada jaman Kerajaan Kediri dulu Putri Kediri yaitu Dewi Songgo Langit membuat sayembara, barang siapa yang ingin melamarnya harus bisa menciptakan kesenian yang belum pernah ada sebelumnya di tanah Jawa. Dari situlah akhirnya muncul berbagai kesenian seperti jaranan dan reog”. Hal ini di sampaikan Sekretaris Daerah Kota Kediri Budwi Sunu saat menghadiri Workshop Seni Tradisi sore ini yang bertempat di Hotel Insumo Palace (9/10).
“Workshop yang diselenggarakan pada hari ini sangatlah penting, yaitu untuk nguri-nguri kebudayaan tradisional, mudah-mudahan dengan adanya workshop hari ini bermanfaat bagi kita semua utamanya pelaku kesenian tradisional ini”, harap Budwi Sunu.
Dalam sambutannya, Budwi Sunu mengatakan bahwa dengan adanya melestarikan kesenian tradisional ini akan membuat satu motivasi bagi generasi muda dan masyarakat khususnya Mataraman. Dengan melestarikan kebudayaan tradisional seperti ini semoga terus memotivasi para generasi muda. “Sayang sekali apabila seni tradisional ini sampai di akui oleh negara lain”, imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama Wakil Gubernur Jawa Timur yang akrab di sapa Gus Ipul menyampaikan bahwa harus merawat kesenian tradisional karenal kesenian seperti inilah yang tidak dimiliki oleh negara lain. “ Walaupun yang menciptakan kita, tetapi yang menikmati bukan hanya kita saja, tetapi negara-negara lain, seperti reog, jaranan, dan kesenian lainnya. sebenarnya kita mempunyai kekayaan seni tradisional yang sangat luar biasa untuk di tampilkan,” ungkap Gus Ipul. “Kita menyadari betul seniman punya peran dalam proses pembangunan, di samping tokoh-tokoh agama, adat, perempuan, akademisi dan masyarakat. Seniman adalah orang-orang yang mempunyai fokus di bidang kesenian tersebut, kemudian menciptakan karya-karya selanjutnya hasilnya adalah kita yang menikmati baik para seniman masalalu atau seniman masa kini”, lanjut Gus Ipul.
Diakhir sambutannya Gus Ipul berharap para penari ataupun seniman untuk ikut berparitsipasi dalam setiap event, baik dalam negeri ataupun luar negeri sehingga memungkinkan seni tradisi dikenal secara luas. Selain itu harus mengajak dan mengkampanyekan karya-karyanya agar budaya seni tradisional lebih di cintai masyarakat. ”Kita pun harus terus mengajak dan mendorong masyarakat untuk memakai produk-produk dalam negeri dan tidak gengsi menyaksikan pagelaran seni tradisional. Karena Seni itu bukan hanya soal karya tetapi para seniman ingin memberikan pendidikan, informasi, sambut cerita kepada para generasi muda. Mari kita banggakan itu. Kita ingin bersama-sama para seniman ini saling memperkuat hubungan antara seniman demi kelestarian seniman dan karyanya.” Pungkasnya.
Workshop dengan tema “tantangan masa depan seni tradisi” yang di selenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Timur selama 3 hari (8-11 Mei 2017) ini dihadiri oleh Kepala Disbudparpora Kota Kediri, Kab. Kediri, Kab. Tulungagung,Kab. Blitar serta diikuti oleh 250 seniman dan budayawan seni tradisi dari wilayah Mataraman. Serta mengadirkan beberapa narasumber dari UNAIR, Dosen ISI Surakarta, Sekdisbudpar Propinsi Jawa Timur dan seniman.
Dalam workshop tersebut akan disampaikan beberapa materi tentang teknik komunikasi karya seni terhadap perkembangan pasar saat ini, bagaimana memahami perkembangan budaya global, garap gending dan jaring aspirasi pembangunan kebudayaan.