Bambang dan Thoriq terlihat bangga saat ditemui diruang Kepala Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMPN 1 Kediri Negeri pada selasa (22/5). Sesekali mata dua siswa ini menatap piagam penghargaan di tangannya.
Di piagam Bambang tertera juara 3 Olimpiade Speedy Cerdas tingkat nasional. Sedangkan, piagam Thoriq menyebut juara 3 tingkat Jawa Timur. “Kami tak menduga menjadi juara,” ujar Bambang disambut anggukan Thoriq.
Padahal dalam lomba yang digelar secara online sejak januari hingga april, dua siswa kelas IX ini termasuk peserta terlambat. Sebab lomba sudah dimulai Januari tetap mereka Belum mengetahui. Bambang dan Thoriq baru mengetahui Februari. "kami dapat informasi dari sekolah ada lomba cerdas cermat online" ungkap Bambang. Beruntung, di babak pertama, sistem yang digunakan panitia lomba adalah terbaik dari enam babak. Peserta mengerjakan 80 soal pilihan ganda dari mata pelajaran bahasa lndonesia,matematika, ilmu pengetahuan alam (IPA), dan bahasa Inggris sebanyak enam kali.
Karena Februari sudah masuk periode keempat, Bambang dan Thoriq harus rela tak mencoba kesempatan di tiga periode. Untuk mengerjakan soal secara online, panitia mengambil nilai tertinggi dengan waktu tercepat. Peserta nilai tertinggi dan waktu tercepat langsung lolos ke babak semifinal.
Karena itu harus cepat dan tepat Jika menyontek, waktu akan banyak terbuang. "Satu mata pelajaran bisa saya selesaikan 9 menit tanpa kesalahan," aku Bambang sembari mengaku tidak menyontek. Karena secara online, dua siswa RSBI ini tidak mengerjakan di kelas. Bambang memilih mengerjakan di rumah. Sedangkan, Thoriq di warung
Internet (warnet). “Kalau di warnet lebih cepat dan tidak sering trouble," timpal Thoriq. Meski baru ikut di babak keempat, Bambang dan Thoriq mampu bersaing dengan ribuan peserta dari seluruh Indonesia. "Ada sekitar 100 peserta yang lolos semifinal,” urai remaja yang jago berdakwah ini.
Dibabak semifinal, peserta tidak lagi mengerjakan soal di rumah atau warnet. Namun dikumpulkan di kantor Telkom. Di sana harus mengejakan soal secara online.
Selanjutnya, 100 peserta disaring menjadi 50 untuk maju ke babak final. Soal yang diujikan tidak lagi 80 tetapi 100. Pasalnya, soal IPA dibagi dua. Yaitu biologi dan fisika, masing-masing 20 soal. Mereka harus beradu cepat menjawabnya. "Saya tidak grogi karena tidak ada target apa-apa,"kata Bambang diamini Thofiq.
Kejutan akhirnya datang pada 19 April. Bambang yang hanya melakukan 10 kesalahan dari 100 soal dinobatkan sebagai juara ketiga nasional. Sepuluh soal yang gagal dijawab dengan benar adalah matematika (7 soal), biologi (2 soal), dan bahasa Inggris (1 soal)
Sedangkan, Thoriq harus puas menjadi juara tiga regional Jawa Timur. Karena ada 16 soal yang tidak bisa dijawab dengan benar. Atas prestasinya, Bambang berhak atas hadiah uang pembinaan Rp 3,5 juta, piagam, dan hand phone.
Sedangkan, Thori meraih uang Rp 400 ribu dan sertifikat. Hadiah diserahkan di Malang pada 19 April lalu. Keberhasilan menjadi juara cerdas cermat online membuat dua siswa itu tak bingung mencari sekolah baru.
Meski belum mengetahui lulus atau tidak, mereka sudah diterima di SMAN 1 Kediri dan MAN 3 Kediri. Keduanya lolos melalui jalur prestasi. Selain menggunakan sertifikat prestasi, nilai rapor juga dicantumkan sebagai pertimbangan. "Sering sekali menjadi juara," ucap bambang.
Sukses yang diraih Bambang dan Thoriq ini, diharapkan Noto, bisa menjadi pelecut semangat adik kelasnya. Karena dua jago SMPN I tersebut akan lulus tahun ini. Sehingga tidak bisa membela nama SMPN 1 diberbagai lomba.
"Adik kelas mereka harus bisa lebih baik prestasinya,” tuturnya. Untuk itu, SMPN 1 selalu menjaring bibit potensial di bidang akademik dan non akademik. Kemudian, mereka diberi pembinaan dengan ikut ekstrakuliner sesuai bakat dan minatnya masing-masing. "Tujuannya, kemampuan anak bisa meningkat dan lebih fokus," imbuh Noto.
Radar kediri