Zabarjad Jannatul Firdausa, Juara I LSSN Nasional

prestasi |

         Puluhan piala tertata rapi di dalam rumah bercat hijau, Jl Patiunus, Kota Kediri. Di griya itulah, Zabarjad Jannatul Firdausa tinggal bersama orang tuanya. Ketika Radar Kediri bertandang ke sana, piala-piala Firda tampak ditata sesuai ukurannya.

       Ukuran kecil berada di deret paling depan, menyusul piala lebih besar dan piala yang paling besar di deret paling belakang. Dari papan nama yang ada di piala, tarida penghargaan itu didapat dari beberapa kategori. Namun yang paling mendominasi adalah kategori lomba qiroah. "Piala qiroah ada 80. Sisanya, lomba menyanyi dan menggambar," kata gadis yang akrab disapa Firda ini di rumahnya kemarin sore (1/7).

      Sepintas, suaranya tak mengesankan dirinya adalah qori. Suara gadis berambut panjang kelahiran 3 September 1997 ini sama seperti suara orang kebanyakan saat berbicara. Tetapi, jangan tanya jika dia sudah melantunkan ayat-ayat dalam Alquran. Baik ayat pendek maupun panjang mampu dilagukan dengan apik.

      Suaranya jernih. Nada rendah maupun tinggi dicapai dengan pas, tanpa mengaburkan pelafalan ayat-ayat sesuai teknik membaca Alquran. Hebatnya, meski harus melagukan ayat yang panjang, tak sekalipun Firda terlihat menarik nafas di tengahnya.

     "Kalau sampai menarik nafas di lomba, dia akan terkena penalti dan nilainya di kurangi," sambung Muhamad Muhibudaini, ayah Firda, yang ikut menemani di ruang tamu.

     Qiroah bukan hal baru bagi Firda. Sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD), siswa SMP Wahidiyah ini sudah tertarik dengan seni membaca Alquran. Kecintaannya semakin dalam setelah sering melihat qiroah di televisi dan mendengarkan berbagai kaset koleksi ayahnya.

     Jika saat SD, Firda masih mendalami bidang lainnya seperti menyanyi dan menggambar. Sekarang ia sudah mantap mendalami bidang qiroah, meski bidang ini tak banyak dilirik banyak gadis seusianya.

       Makanya, meski 2011 Firda menjadi juara I LSSN tingkat provinsi dan menyabet juara harapan I nasional, anak nomor dua dari empat bersaudara ini begitu bersemangat mengikuti seleksi LSSN di Jatim tahun ini. "Kendati tahun lalu sudah juara I di provinsi, tahun ini tetap harus mengikuti seleksi mulai tingkat kecamatan," lanjut Muhib.

     Enam bulan sebelum lomba, Firda sudah melakukan persiapan. Setiap hari, dia latihan selama satu sampai dua jam. Muhib yang juga qiro menjadi guru privat bagi putrinya. Sesekali, pria yang bekerja sebagai programmer ini memberi masukan.

    Selain rutin latihan, Firda juga taat menghindari pantangannya. Misalnya, tidak mengonsumsi es. Kemudian, saat mendekati lomba dia tak makan makanan pedas dan gorengan.

    Kedisiplinan ini membuat suaranya terjaga. Nafasnya juga panjang. Dalam kondisi diam, Firda mampu menahan nafas selama 65 detik. Jika sambil melafalkan ayat, dia mampu menahan dalam 45 detik. Kerja keras Firda membuahkan hasil. Mulai dari tingkat kecamatan, Kota Kediri, hingga di provinsi, ia meraih juara I.

    Otomatis, Firda mewakili Jatim dalam ajang LSSN nasional pada 17-22 Juni lalu. Dalam lomba yang berlangsung di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Firda berkompetisi melawan 33 peserta se-Indonesia.

     Di lomba itu, siswa kelas II SMP Wahidiyah ini menyiapkan lima lagu. Yaitu, Bayati, Hijjaz, Nahawand, Rast, dan Sika. Namun sesuai ketentuan, dewan juri hanya memberi waktu tujuh menit. Firda diberi kesempatan membawakan tiga lagu. Yaitu, Bayati, Hijjaz, dan Nahawand. Sedangkan Rast dan Sika belum sempat dipraktikkan.

      Meski belum sempat mengeluarkan semua senjata yang dimiliki, nyatanya Firda dinyatakan sebagai juara I LSSN mengalahkan puluhan peserta lainnya. Dia pun mendapatkan medali emas sebagai penghargaan prestasi yang dimiliki. "Senang, rasanya meski harus mengikuti ujian susulan juga tetap senang," katanya sambil tersenyum.

     Kini setelah sukses menjadi juara I LSSN, Firda bersiap mengikuti ajang serupa tingkat internasional. Meski sudah menjadi juara I, tidak menjadi jaminan bagi Firda untuk me­wakili Indonesia. Sebab, akan digelar seleksi ulang. Makanya, kini ia rutin berlatih untuk mengikuti seleksi yang rencananya dilakukan bulan ini.

      "Saya ingin jadi qoriah berkelas internasional," imbuhnya tentang obsesi yang ingin dicapainya.

Radar Kediri