Hobi berenang sejak kecil mengantarkan Dimas Putra Wirananda menjadi atlet selam profesional. Siswa SMPN1 Kota Kediri ini memborong juara dalarn lomba selam piala gubernur Jatim akhir 2014 lalu.
Jarum jam menunjukkan pukul 11.00. Siswa berseragam putih-biru terlihat masuk ke ruang tamu SMPN 1 Kediri. Tangannya menggenggam beberapa lembar piagam. Dengan wajah berbinar, dia membuka satu per satu lembaran yang ada di tangannya itu.
“Ini yang untuk kategori selam 100 meter, 200 meter bifin, 50 meter bifin. Lalu, yang ini untuk selam, 200 monofin, 100 monofin, dan 50 monofin. Kalau yang ini estafet 100 meter,” bebernya menjelaskan lembaran-lembaran piagam itu.
Lomba selam piala gubernur Jatim yang berlangsung di Surabaya itu berlangsung pada 21-22 Desember lalu. Meski demikian, lomba tersebut begitu membekas di benak Dimas, sapaan akrab siswa bernama lengkap Dimas Putra Wirananda itu. Betapa tidak, bocah yang beranjak remaja asal Perum Asabri Desa Gogorante, Kecamatan Ngasem itu berhasil memborong lima medali emas, satu medali perak, dan satu medali perunggu dari tujuh kategori yang dilombakan. Itu berarti dia nyaris menyapu bersih medali emas dari setiap kategori yang diperebutkan.
Padahal lomba yang memperebutkan piala gubernur Jatim itu tak hanya diikuti oleh atlet selam dari Jawa Timur. Melainkan, atlet selam dari Jakarta, Batam, Jawa Barat, hingga Jawa tengah. Saya berlomba di kelompok umur C (14-15 tahun)," terang siswa kelas tujuh ini. Dari setiap kategori yang dilombakan, kecepatan atlet mencapai garis finis menjadi tolak ukurnya. Hanya, tiap kelas memiliki kesulitan sendiri. Misalnya, kategori bifin di mana peserta harus menggunakan snorkel. Sedangkan, pada kategori estafet, biasanya peserta menggunakan fin atau kaki katak untuk menyelam. Perbedaan alat inilah yang membuat kesulitan di masing-masing kategori berbeda. Meski demikian, putra pasangan Muh. Lukman Wahyudi dan Sri Wilujeng ini tak menemukan kesulitanyang berarti. Itu terbukti dengan medali yang berhasil diraihnya Namun, semua itu tidak diperolehnya dengan instan. Melainkan, melalui perjuangan yang panjang.
Sejak duduk di kelas nol besar taman kanak-kanak (TK), dia sudah mengikuti les renang. "Kebetulan sekolah saya dekat Pagora (kolam renang Pagora). Tante saya yang kerja di Pagora tahu kalau saya suka renang akhimya diikutkan klub renang,” urai lelaki 12 tahun ini tentang awal mula dia menjadi atlet selam.
Setelah kemampuan renangnva terasah, saat duduk di bangku kelas IV sekolah dasar (SD) dia baru belajar selam. Dari sanalah, kecintaan Dimas semakin dalam terhadap renang dan menyelam.
Dimas pun terus mengasah kemampuannya. Dia belajar berbagai teknik menyelam secara bertahap. Supriono, sang pelatih, mengajarkan bagaimana lelaki berambut lurus ini bisa bertahan di dalam air. “Awalnya saya hanya bisa 25 detik. Sekarang sudah bisa bertahan sampai empat menit,” urainya.
Kemampuan itu pula yang membuat Dimas bisa menempuh jarak 50 meter, 100 meter, hingga 200 meter tanpa alat. Sebab, jarak 50 meter mampu ditempuhnya hanya dalam waktu 19 detik!. Meski kemampuan Dimas menyelam bisa disebut mengagumkan di kelompok usianya, dia tak langsung puas. Bersama teman-temannya, Dimas tetap rutin berlatih. Dari tujuh hari dalam seminggu, hanya Selasa dan Sabtu dia absen berlatih. Selebihnya, dia selalu berada di kolam renang mulai pukul 16.00 hingga pukul 18.30.
Apakah tak bosan?. ABG yang bercita-cita menjadi anggota TNI dari prestasinya di olahraga selam ini langsung menggeleng. Sebab, dia tak hanya sendiri. Ada banyak temannya dari berbagai kelompok umur yang ikut berlatih bersama. Namun, yang menarik, meski menyukai renang sejak kecil, bukan berarti Dimas tak pernah takut pada air. Saat awal-awal belajar teknik renang dia sempat menangis keras. Gara-garanya, ia diminta terjun dari papan loncat indah oleh pelatih. Karena takut Dimas pun tidak melakukannya. Akhimya, sang pelatih yang menerjunkannya. "Sampai di bawah ya menangis keras karena ketakutan," kenangnya sambil tertawa. Kini setelah delapan tahun menekuni renang dan menyelam, Dimas tak menemukan hambatan yang berarti. Diapun semakin bersemangat untuk berlatih. Obsesinya, mengumpulkan lebih banyak lagi medali. Baik di tingkat regional maupun nasional. "Saya bersyukur pihak sekolah mendukung penuh. Akhirnya, tetap bisa membagi waktu belajar," tandasnya.