Belajar di Sekolah Umum Tak Mau Ulangan dengan Dikte
Memiliki sebuah kekurangan bukanlah halangan untuk berkarya. Maskurun, yang sejak umur 3 tahun menderita tuna rungu bahkan saat ini sudah mampu bersaing dengan orang normal dengan membuka usaha konveksi yang seluruh karyawannya juga memiliki kekurangan yang sama dengannya. Wanita lulusan SMK Negeri 3 Kediri jurusan tata busana ini tetap semangat mengikuti sekolah umum. Meski sendiri diantara teman-temannya yang lain, ia tetap berusaha menangkap seluruh pelajaran yang diberikan oleh guru. Namun, lantaran tidak bisa mendengar, Maskurun sering protes kepada guru apabila ada ulangan yang dilakukan dengan cara dikte (diucapkan). Ia meminta gurunya untuk menulis pertanyaan pada kertas agar bisa membacanya.
Yuyun, panggilan akrab Maskurun mengatakan, ia menderita tuna rungu setelah terlibat kecelakaan saat masih berumur 3 tahun. Saat itu, kaki Yuyun tidak bisa digerakkan dengan normal. Orang tua Yuyun akhirnya membawanya ke sebuah rumah sakit. Dokter memberikan pilihan, kaki Yuyun bisa normal kembali namun telinganya tidak bisa mendengar.
Lantaran memiliki keterbatasan, Yuyun akhirnya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) hingga tahun 1985. Namun, karena keinginannya untuk bersekolah di sekolah umum, Yuyun memutuskan untuk melanjutkan sekolah di SD Balowerti 3 hingga lulus tahun 1986. Setelah lulus, Yuyun melanjutkan sekolah ke SMP Negeri 3 Kediri, dan akhirnya bersekolah di SMK Negeri 3 Kediri dan lulus tahun 1992.
Yuyun sengaja memilih jurusan tata busana karena keluarganya banyak yang memiliki bisnis di bidang konveksi. Saat bersekolah tersebut, Yuyun sering kali meminta bantuan kepada teman sebangkunya apabila tidak bisa mengerti apa yang diucapkan oleh guru. Selama ini, Yuyun bisa mengerti apa yang diucapkan seseorang dengan melihat gerakan bibirnya. Tapi apabila terlalu cepat, Yuyun sering bertanya langsung.
Terutama saat ulangan berlangsung. Yuyun sering meminta kepada guru untuk menulis soal yang diberikan. Untungnya guru juga mengerti keadaan Yuyun dan memberikan kemudahan. “Kalau ulangannya di dikte, saya selalu protes dan minta ditulis saja,” ujarnya.
Sejak kecil, Yuyun bercita-cita untuk menjadi seorang guru. Cita-citanya itulah yang kemudian dikombinasikan dengan keahliannya yakni membuka usaha jahit. Yuyun sengaja merekrut orang-orang yang menderita tuna rungu untuk dijadikan karyawan.
Hingga saat ini sudah ada sekitar 15 karyawan yang dipekerjakannya. Di toko yang berada di JL HOS Cokroaminoto 45B, dalam sehari, selalu ada saja orang yang memesan pakaian. Untuk satu potong pakaian, biasanya baru selesai sekitar 5 hari atau bahkan 1 bulan. Tergantung model kain dan tingkat kesulitannya.