Harianto, Legenda Hidup Skuad Macan Putih

pengumuman | 18/03/2013

      Siapa yang tidak kenal Harianto? Bagi pecinta sepak bola Tanah Air, khususnya Persikmania, nama Harianto sangat familier. Pemain kelahiran Malang ini adalah salah satu ikon Persik. Sejak bergabung dengan Macan Putih pada musim kompetisi 2001, Harianto adalah salah satu pilar skuad Macan Putih. Bahkan, dia sering dipercaya raenjadi kapten Persik.

        Segudang prestasi telah ditorehkan Har­ianto bersama Persik. Pria yang lahir pada 26 Oktober 1977 ini berhasil membawa Persik promosi ke Liga Indonesia pada 2003. Kemudian, menjadi Juara Ligina 2003 dan 2006.

        Dia juga sukses mengantarkan Persik menjadi satu-satunya tim Indonesia yang tidak terkalahkan di kandang saat berlaga di Liga Champion Asia (LCA) 2007. Persik mampu menahan imbang Urawa Reds Diamond dengan skor 3-3. Bahkan, menang atas kesebelasan Shanghai Shenhua den­gan skor 1-0 dan membekuk Sydney PC dengan skor 2-1.

        Setelah sempat hijrah ke Persidafon Dafonsoro pada musim kompetisi 2010-2011, Harianto kembali pulang ke Kediri. Usai memperkuat Persidafon, ia kembali banjir tawaran. Sejumlah klub ISL dan divisi utama melakukan pendekatan.

         Namun, Harianto menolaknya. Dia rela tampil dengan Persik yang harus berkutat di Divisi Utama PT Liga Indonesia (LI). "Pak Wali (Walikota Kediri Samsul Ashar) meminta saya membela Persik. Jadi, saya kembali," ungkapnya.

         Selain memenuhi keinginan orang nomor satu di Kota Kediri, pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan pemkot ini juga mempunyai ikatan emosional yang kuat dengan Persik. Karena dia telah membela kesebelasan itu selama sepuluh tahun.

        Suka dan duka bersama Macan Putih pernah dirasakan. Sehingga, ketika permintaan kembali ke 'kandang' muncul, Harianto langsung menerima. "Selama tenaga saya masih diharapkan Persik, saya selalu siap," ujarnya.

          Harianto tidak memungkiri jika kondisi fisiknya tidak sama seperti saat membawa Persik juara Ligina 2003 dan 2006 lalu. Usianya yang sudah menginjak 36 tahun membuat kecepatannya jauh berkurang. Stamina Harianto juga belum bisa diajak bertanding 2x45 menit dengan permainan cepat. "Masih perlu banyak latihan lagi untuk mengembalikan stamina," akunya. Meski demikian, Harianto tidak menyerah. Dia terus berlatih keras setiap pagi dan sore. Latihan fisik dilakukan agar kondisinya bisa segera atau rnendekati performanya saat masih jaya.

      "Latihan fisik pagi itu yang pal­ing membantu untuk peningkatan stamina," jelasnya. Selain ingin meningkatkan staminanya, Harianto juga ingin memberi contoh pemain-pemain muda Persik, Sebagai pemain senior dan diidolakan pemain-pemain muda. Gelandang bernomor punggung 12 ini tidak mau menjadi pemain yang malas dan tidak baik. Semua instruksi pelatih Aris Budi Sulistyo dijalankan. Dia juga sering menambah porsi latihan sendiri. "Saya harus bisa ngemong pemain muda," tuturnya.

       Sejauh ini, peran Harianto di skuad Macan Putih cukup besar. Meski belum mencetak gol, tetapi kontribusinya sangat signifikan. Umpan-umpan akuratnya selalu membuat pertahanan lawan kerepotan. Bahkan, sejumlah gol Persik juga diawali dari umpan yang dilepaskannya.

         Tidak itu saja, Harianto menjadi pemompa semangat bertanding Faris Aditama dkk. Di saat, Persik dalam kondisi tertekan atau minim kreasi serangan, pelatih Aris Budi selalu memasukkan Harianto sebagai pemain pengganti. Hasilnya, serangan Persik menjadi lebih hidup.

        Sayang, Harianto mengalami cedera hamstring dilaga perdana melawan PSIM Jogjakarta. Namun, Harianto tidak mau berpangku tangan melihat rekan-rekannya berjibaku. Dia tetap ngotot ingin tampil membela Persik.

         Karena tenaga Harianto sangat dibutuhkan, Aris Budi juga terus-terusan memasangnya. Meski hanya sebagai pemain pengganti, tetapi kehadiran pemain senior ini cukup bermanfaat. Terbukti, Persik berhasil meraih empat kemenangan dan sekali kalah. Sehingga, sampai sekarang, men­jadi pemuncak klasemen sementara grup V . Saya ingin mem­bawa Persik proromosi ke ISL lagi," tegas Harianto.

         Soal ban kapten, Harianto tidak mempersoalkan. Karena siapa pun kapten yang ditunjuk pelatih, dia harus siap membimbing teman-temannya di lapangan. Apalagi, kondisinya belum fit 100 persen. Sehingga, mau tidak mau sampai lima laga, Harianto belum merasakan ban kapten melingkar di lengannya.

          Sementara itu, pelatih Aris Budi rnenganggap, banyak pemain yang berpengalaman sebagai kapten. Selain Harianto, ada sosok Wahyudi, Fatchul Ichya dan Oliver Makor. Karena itu, dia memiliki pemain sesuai dengan kon­disi di lapangan. "Selama ini, memang digilir untuk ban kapten. Sesuai dengan kondisi di lapangan,” terangnya.

       Mengenai Harianto, Aris menilai, siapa pun sudah mengetahui kapasitas pemain senior tersebut Kontribusi dan pengalamannya tidak bisa dibandingkan dengan pemain lain. "Harianto telah menjadi satu roh dengan permainan Persik," pujinya.

Kediri, Radar