Berbeda dengan musim-musim sebelumnya, tahun ini pria yang akrab disapa Syukrian tersebut lebih banyak menghabiskan waktu sore harinya di kantor sekretariat Persik. Padahal, dulu dia hampir setiap sore berada di lapangan Stadion Brawijaya. Menemani pelatih yang menggembleng pasukan. Maklum, sejak juli lalu, Persik memang vakum dari aktivitas latihan pasca selesainya kompetisi musim 2011/2012. "Ya paling sesekali latihan di lapangan sama anak-anak junior, tapi tidak setiap hari," cetus pelatih kiper yang juga PNS di Pemkot Kediri tersebut.
Baju dinas cokelat-cokdat khas PNS juga menjadi lebih sering dikenakannya. Berbeda dengan dulu yang lebih sering mengenakan setelan pakaian olahraga. Celana training, kaus lengan panjang, dan tentunya sarung tangan kiper. "Tadi bukan seperti pelatih kiper akhirnya. Seperti orang kantoran beneran saja" canda mantan pemain Arema di era Galatama 88 an tersebut sembari tergelak.
Selain itu, tiap akhir pekan Syukrian kini nyaris tak pernah lagi pergi ke luar Kota Kediri. Paling banter hanya mengunjungi keluarganya di Malang sekaligus mengikuti kuliah di kampusnya, Universitas Gajayana. Ini berbeda dengan musim-musim sebelumnya yang hampir selalu dipenuhi jadwal away keliling daerah di Indonesia. Perbedaan itu sangat dirasakannya. "Jauh sekali dengan dulu. Sekarang di rumah saja sambil belajar," kata alumnus SMAN 1 Sawangan, Depok 1988 ini.
Meski demikian, perubahan rutinitas latihan akibat kondisi persepakbolaan tanah air yang tak menentu itu tetap disyukuri oleh mantan pemain Persema junior era 1985-1987 tersebut. Diapun mencoba memaanfaatkan banyaknya waktu luang dengan kegiatan yang positif. "Selama libur dan vakum ini saya jadi fokus ke kuliah. Tiap Jumat dan Sabtu bisa kuliah terus, padahal dulu sering bolos," tutur bapak tiga anak tersebut.
Ya, sejak 2010, lelaki kelahiran Malang, 14 Oktober 1968 ini mengambil program magister manajemen di Universitas Gajayana. Di kampus itu pula dia meraib gelar sarjana ekonomi (SE) manajemennya pada 1996. Syukrian sadar, meski pernah menjadi pemain bola di klub ternama, Arema, kemudian menjadi pelatih, pendidikan tetap penting dalam kehidupan dan keltiarganya.
Karena itu, di sela-sela kesibukannya itulah dia tetap menyempatkan diri untuk belajar di bangku kuliah. Dan, dengan liburnya kompetisi kali ini, pelatih berbadan subur itu pun bisa lebih berkonsentrasi mengerjakan tugas akhir. Dia mengambil judul 'Analisis Faktor-Faktor yang Menjadi Pertimbangan Konsumen dalam Memilih Lembaga Pendidikan Luar Sekolah' sebagai tesisnya.
Tesis itu dikerjakan tepat waktu. Yakni, mulai semester keempat ketika sudah menyelesaikan semua mata kuliahnya. Hasilnya, Sabtu (24/11) lalu, suami Nunung Supartina ini resmi menyandang gelar magister manajeraen (MM) setelah diwisuda di kampusnya. Gelar di belakang namanya pun semakin panjang: Andi Muh. Syukrian SE MM. "Setahu saya, baru saya pelatih kiper yang sudah lulus S2" kata pria periang tersebut.
Lalu, berapa nilai indeks prestasi kumulatif (IPK)-nya? Syukrian mengelak untuk menjawab. "Ya tidak pintar-pintar amat, tapi juga tidak b ego-bego amat di kampusnya. Rata-ratalah, banyak B nya," ceritanya sembari terkekeh.
Baginya, nilai yang didapat di klas tersebut tidak terlalu penting. Yang lebih utama adalah ilmu yang dia dapat dari jenjang pendidikan itu. Soal kemungkinan gelar itu bisa mengantarkannya keposisi yang lebih tinggi di lingkungan pemkot tempatnya bekerja sekarang, Syukrian mengaku tidak memikirkan. "Buat jadi kepala dinas? Haha, tidak mampu saya, yakin mampu," kata pria asal malang ini.
Syukrian tetap yakin bahwa semua materl mata kuliah yang dilahapnya di bangku S2 kelak akan berguna di masa depan. "Biar bagaimanapun, ilmu tidak mungkin tidak ada gunanya. Sekarang belum tapi nanti pasti bermanfaat," tandasnya. Bukan hanya itu Syukrian pun masih haus ilmu. PNS di Dinas Pendidikan Kota Kediri ini ingin melanjutkan jenjang pendidikan lebih tinggi lagi. Syukrian ingin mengambil program S3 (doktoral). "Tidak tahu kapan, tapi kepengin juga suatu saat nanti bisa ikut kuliah S3," harap pelatih kiper yang bergabung dengan Persik sejak 2002 tersebut.
Kediri, Radar