Kreatifitas Warga Kelurahan Balowerti

prestasi |

Menyulap Limbah Manusia Menjadi Energi Gas

Di tengah merangkaknya harga gas elpiji, dibutuhkan kreatifitas yang dapat mengurangi beban atau kebutuhan warga. Salah satu kreatifitas itu dilakukan warga Kelurahan Balowerti Kecamatan Kota Kediri. Mereka memanfaatkan limbah manusia (tinja) yang disulap menjadi api untuk memasak.

Tentu, begitu mendengar kotoran atau tinja dapat dipakai untuk memasak dan keperluan lain, akan banyak menimbulkan pertanyaan. Bagaimana bisa?

'Masyarakat Kelurahan Balowerti, Kota Kediri ternyata sudah membuktikannya. Mereka memanfaatkan energi gas yang dihasilkan dari proses pembusukan tinja kemudian diolah hingga menghasilkan api. Dari api tersebut, warga dapat melakukan kegiatan rumah tangga, di antaranya memasak dan lainnya. Disaat harga gas elpiji merangkak naik, produksi api dari tinja itu sangat membantu dan ini menjadi salah satu alternatif yang paling menarik untuk dipertimbangkan. Karena, produksi api itu nyaris tidak ada biaya yang perlu dikeluarkan. Bahan baku berupa tinja dapat diperoleh secara gratis.

“Kami memang diharuskan makan setiap hari dan membuang hajatnya harus di toilet yang disediakan,” kata M Tohir, penjaga toilet yang ditemui, Rabu (17/9).

Awal pembuatan energi ini, kata dia sudah sejak 10 tahun lalu. Saat itu seorang ilmuwan dari Jerman datang ke Balowerti dan memperkenalkan energi alternatif bagi masyarakat sekitar yang saat itu banyak yang tidak memiliki sanitasi toilet pribadi.

Kemudian dibangunlah toilet urnum untuk warga sekitar yang saat itu dipergunakan bersama-sama di dua rukun tetangga (RT) dengan jumlah 80 KK. Masing-masing KK diminta untuk menyisihkan Rp 5.000 setiap bulan. Dana ini untuk biaya operasional toilet dan untuk biaya perawatan.

Menurut Thohir. selama ini hampir tidak pemah mengalami kendala yang berarti terkait penggunaan gas dari tinja ini. Thohir sempat memperlihatkan kepada Koran Memo tentang trik penggunaan gas agar tidak berbagu busuk.

“Caranya seperti ini mas, api (korek) dinyalakan terlebih dahulu, setelah itu baru gasnya dikeluarkan atau dialirkan. Kalo terbalik, bau busuk dari gas akan kemana-mana,” ujar pria 56 tahun ini.

Ke depannya, Thohir berharap, apa yang dilakukan warga Balowerti saat ini dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat luas. Limbah yang mestinya dibuang, ternyata dapat memanfaatkan untuk keperluan sehari-hari. “Apalagi jika harga elpiji naik. Limbah menusia itu sangat berarti,” katanya.