Guru Hidupkan Kembali Tradisi Dolanan Anak

berita |

* Dari Blarak Sempal hingga Gagak Gaok

       Masih ingat dengan permainan jamuran, Dampar, ontong-ontong bolong, hingga blarak sempal? Nama-nama permainan tradisional itu kini pasti terdengar asing di telinga karena tergeser permainan modern.

       Untukmenghidupkannya, kemarin ratusan guru taman kanak-kanak (TK) dan kelompok bermain mengikuti lomba permainan tradisional atau dolanan di Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Kediri.

        Ratusan guru yang usianya sudah puluhan tahun pun tak risih memeragakan puluhan jenis dolanan anak-anak itu sesuai pilihan kelornpok masing-masing. "Ayo dolanan blarak sempal" teriak beberapa guru perempuan dari gugus terpadu Kecamatan Pesantren.

       Beralas karpet, enam perempuan yang memakai kebaya dan jarit khas busana lawas itu lantas mempraktikkan permainan blarak sempal. Dua perempuan duduk dengan kayu mereka bertumpu di sabut kelapa yang utuh.

       Kemudian, tiga perempuan lainnya menarik mereka dan berputar-putar hingga tangan salah satu peserta terlepas. Tangan peserta yang terlepas kali pertama, dialah yang kalah dan mendapat giliran untuk menarik.

       Riuh tawa langsung terdengar begitu peserta yang sudah tak lagi muda ini terjatuh. Lomba yang dimulai sekitar pukul 08.00 baru berakhir sekitar pukul 13.00. Total ada 29 kelompok bermain dan TK yang mengikuti lomba tersebut.

        Kabid Pendidikan Non Formal Informal (PNFI) dan Pembinaan Kesiswaan, Olahraga, dan Seni (PROS) Disdik Kota Kediri Agus Suharmaji mengatakan, sengaja menggelar lomba permain­an tradisional tersebut Pesertanya para guru kelompok bermain dan TK.

     "Tujuannya, untuk menghidupkan kembali permainan tradis­ional yang sudah tak dikenal oleh anak-anak," terangnya. Lebih lanjut Agus mengatakan, permainan tradisional merupakan kekayaan budaya dan telah menjadi tradisi turun temurun. Tetapi, saat ini mulai tak dikenal karena tergeser permainan modern.

        Makanya melalui lomba tersebut, para guru diminta mempraktikkan beragam permainan tradisional. Kemudian, sepuluh permainan tradisional terbaik akan dibukukan. Selanjutnya, dibagikan kesekolah untuk dikembangkan pada siswa. "Dengan begitu permainan tra­disional akan hidup kembali," lanjut Agus.

       Lebih jauh Agus menyebutkan, permainan tradisional sarat akan pendidikan. Mengajarkan kekompakan dan membuat anak berinisiatif. Makanya, disdik merintis pengembangannya melalui guru. Agus mengaku, senang karena para guru terlihat antusias rnemainkannya. Ke depan, sambung Agus, disdik tak hanya menggelar lomba untuk para guru. Juni nanti, disdik akan mengadakan lomba serupa untuk para siswa. Dengan begitu, permainan tradisional yang sempat dilupakan akan hidup lagi. Seperti blarak sempal, gagak-gaok, kucing dan tikus, dan jago-jagoan. "Ini juga cara untuk menangkal masuknya pengaruh permainan modern yang banyak tak mendidik," terangnya.

Kediri, Radar